Psikiater dari RS Jiwa dr H Marzoeki Mahdi Bogor Lahargo Kembaren menyebut ada beberapa pemicu seseorang mengidap obsessive compulsive disorder (OCD). Salah satunya dikaitkan dengan faktor genetik, terlebih saat ada keluarga yang juga mengalami OCD, gangguan jiwa atau kepribadian yang perfeksionis.
"Gangguan fungsi dan struktur otak dan pengalaman traumatis di masa lalu juga bisa menjadi penyebabnya," terang dr Lahargo kepada detikcom, ditulis Jumat (24/3/2023).
Gangguan OCD belakangan viral lantaran pedangdut Iis Dahlia mengaku mengidap kondisi tersebut sejak lama. Ia juga mengaku, tidak pernah menjalani pemeriksaan ke profesional seperti psikolog. Namun, ia tidak bisa mentolerir beberapa hal yang dinilai sepele oleh kebanyakan orang. Mulai dari mengenakan pakaian hingga makan di tempat yang tidak bersih.
"Aku mah emang orangnya juga OCD, jadi apapun bersih kalau perempuan tuh paling nggak kan umpamanya habis buang air kecil apalagi buang air besar harusnya dicuci yang bersih aja, terus harus dalam kondisi kering ya," ucapnya saat ditemui di RS Brawijaya Depok, Selasa (21/3/2023).
"Nah gua nggak bisa tuh kalau basah-basah terus langsung pakai ini, nggak bisa, harus kering, harus clean. Jadi alhamdulillah selama ini bagian kewanitaan aku bersih," kata Iis.
Sementara menurut dr Lahargo, kriteria seseorang mengidap OCD tak sesimpel hanya menjaga kerapihan dan kebersihan. Ia menyebut mereka mengalami gangguan jiwa dengan memiliki pemikiran, ide, dan impuls berulang hingga kerap tak bisa dikendalikan.
Biasanya, ini juga disertai dengan perilaku yang berulang-ulang. Pikiran, dorongan, ide, impuls inilah yang kemudian memicu kecemasan. Contohnya seperti takut terkontaminasi, keinginan terlarang terkait seksual, agama, perilaku agresif terhadap orang lain atau diri sendiri, pikiran harus simetris, teratur, sempurna.
Perilaku berulang ulang yang dirasakan harus dilakukan sebagai respons untuk meredakan pikiran obsesif yang muncul. Contohnya membersihkan, mencuci tangan berulang-ulang, mengatur sesuatu dengan presisi, tepat, sesuai urutan, memeriksa sesuatu, mengunci pintu atau jendela berulang-ulang, menghitung berulang-ulang.
"Pasien merasakan bahwa obsesi dan kompulsi yang dilakukannya tidak beralasan, tidak logis dan membuang buang waktu tapi sulit untuk tidak melakukannya meskipun sudah mencoba," kata dr Lahargo.
Rasa obsesi dan kompulsi yang membuat beberapa pasien kesulitan dengan aktivitas sehari-hari. Pasalnya, hal ini bisa memakan waktu bahkan lebih dari satu jam sehingga kegiatan pekerjaan hingga sekolah tak sering terhambat.
Simak Video "Yang Terjadi di Dalam Otak Pasien OCD"
(naf/vyp)