Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan risiko virus Marburg (MVD) yang penyebarannya sangat tinggi di Afrika. Per 22 Maret 2023, WHO melaporkan adanya 29 kasus virus Marburg di Guinea Khatulistiwa, termasuk 27 kasus kematian.
WHO mengatakan investigasi lebih lanjut sedang berlangsung. Tim lanjutan telah dikerahkan di distrik yang terkena dampak untuk melacak kontak, mengisolasi, dan memberikan perawatan medis kepada orang yang menunjukkan gejala penyakit tersebut.
Menurut WHO, virus Marburg mirip dengan virus Ebola yang mematikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyakit ini kembali bikin khawatir sejak kemunculan pertamanya pada tahun 1967. Saat itu wabah demam berdarah terjadi secara bersamaan di laboratorium di Marburg dan Frankfurt, Jerman dan di Beograd, Yugoslavia (sekarang Serbia).
Dikutip dari laman CDC, penyakit tersebut memicu 31 orang jatuh sakit, awalnya menginfeksi pekerja laboratorium yang kemudian diikuti oleh beberapa tenaga medis dan anggota keluarga yang merawat mereka. Tujuh kematian kemudian dilaporkan. Orang pertama yang terinfeksi telah terpapar monyet hijau Afrika- Uganda atau jaringan mereka saat melakukan penelitian.
Awal Mula Virus Marburg
Di awal penyelidikan, diketahui bahwa pasien di Marburg adalah karyawan Behringwerke, produsen serum dan vaksin. Para pasien di Frankfurt adalah pegawai Institut Paul Ehrlich, sebuah lembaga kontrol serum dan vaksin. Sedangkan kasus utama di Beograd adalah karyawan yang terlibat dalam pengujian vaksin hidup.
Semua pasien di tiga lokasi tersebut memiliki kontak dengan darah, organ, dan kultur sel dari monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops). Organ monyet digunakan untuk membuat biakan sel ginjal untuk produksi dan uji keamanan vaksin.
Penyakit virus Marburg muncul kembali di negara lain pada tahun 1975, 1980, 1987, 1990, 1998-2000, 2004-2005, 2007, 2008, 2017, 2021, 2022 dan 2023. Tujuh kematian dari 31 infeksi yang awalnya didiagnosis selama Wabah virus Marburg tahun 1967 menunjukkan tingkat kematian kasus sebesar 23 persen.
Terbaru, pada 21 Maret 2023, pejabat pemerintah Tanzania mengumumkan wabah penyakit Marburg yang pertama kali terjadi di negara itu. Kasus-kasus tersebut telah dilaporkan di wilayah Kagera barat laut negara itu. Informasi tentang kasus suspek tambahan masih terbatas saat ini.
(kna/suc)











































