"Kurangnya pengungkapan data tidak dapat dimaafkan," tulis pejabat senior WHO Maria Van Kerkhove dalam editorial di jurnal Science dikutip dari CNN, Jumat (7/4/2023).
"Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memahami asal-usul pandemi, semakin sulit untuk menjawab pertanyaan, dan dunia menjadi semakin tidak aman," sambungnya.
Memahami bagaimana penyakit itu muncul di Wuhan, China, pada Desember 2019 akan membantu mencegah wabah di masa depan, kata Van Kerkhove.
Baru tahun ini, tiga tahun setelah dimulainya pandemi, WHO mendapat akses ke data tertentu yang dikumpulkan para ilmuwan China pada awal 2020 di Pasar Makanan Laut Huanan di Wuhan. Urutan genetik dari sampel tersebut baru-baru ini diunggah ke situs berbagi data GISAID.
Walaupun data tersebut segera dihapus, tetapi para peneliti lain telah bertindak cepat dan mengunduhnya untuk studi lebih lanjut.
Analisis materi itu mengungkap DNA hewan dalam sampel yang sudah diketahui positif SARS-CoV-2, virus corona penyebab COVID-19. Sejumlah besar DNA itu tampaknya milik hewan yang dikenal sebagai rakun, yang dijual di pasar, kata pejabat WHO pada Maret.
Next: China seolah-olah menutupi data
Simak Video "Video Pakar: Flu Burung Picu Pandemi yang Lebih Parah Dibanding Covid-19"
(kna/kna)