.webp)
Pepatah mengatakan lebih baik mencegah daripada mengobati. Ini ada benarnya, sebab biaya yang dikeluarkan untuk mencegah penyakit jauh lebih rendah dibandingkan biaya pengobatan. Salah satu upaya pencegahan adalah dengan melakukan skrining kesehatan.
Akan tetapi, kerap kali beberapa orang enggan untuk melakukan ini. Berbagai alasan mendasarinya, mulai dari biaya yang mahal hingga takut terdeteksi penyakit yang kronis. Faktanya, sebagian besar penyakit justru akan lebih mudah diobati jika masih berada di tahap awal.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat dr Maria Endang Sumiwi, MPH menyebut bahwa pemerintah saat ini sedang berupaya mendorong masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara dini. Terdapat dua langkah yang dilakukan, yakni dengan meningkatkan pelayanan kesehatan primer serta mengambil langkah promotif dan preventif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam RUU Kesehatan tentu saja berusaha ada impact bukan hanya untuk stunting, tetapi juga status kesehatan masyarakat Indonesia. Pertama dengan pelayanan kesehatan primer. Kedua yakni promotif dan preventif," ungkapnya dalam program detikPagi, Jumat (14/4/2023).
"Promotif supaya masyarakat semakin mandiri. Ada gerakan masyarakat untuk kesehatan. Kemudian preventif supaya deteksi dini didapatkan oleh masyarakat. Jadi pendekatan lebih ke hulu. Diharapkan dengan RUU ini kita memperkuat struktur pelayanan kesehatan," lanjutnya.
Untuk mendorong masyarakat melakukan skrining kesehatan, pemerintah akan membiayai pemeriksaan beberapa penyakit berikut di puskesmas:
- Hipertensi
- Jantung
- Stroke
- Diabetes
- Penyakit paru, seperti peradangan paru
- Tuberculosis
- Kanker paru
- Kanker usus
- Kanker payudara dan serviks
- Hepatitis
- Kesehatan hati
- Anemia
- Talasemia
- Bayi baru lahir atau new born screening
(naf/naf)
