Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta dr Ngabila Salama melaporkan kemungkinan COVID-19 Arcturus punya gejala yang berbeda dari varian atau subvarian lainnya.
Hal ini menyusul temuan dari data India, salah satu negara yang dihantam kenaikan kasus COVID-19 imbas subvarian Omicron baru ini.
Berdasarkan temuan India tersebut, dr Ngabila mengungkapkan dua gejala khas varian Arcturus.
"Dari data di India varian Arcturus yang masih merupakan turunan omicron ini disebutkan memiliki gejala baru yang berbeda dari varian lainnya, yaitu mata merah dan peningkatan kotoran mata," imbuhnya saat dihubungi detikcom, Jumat (14/4/2023)
Meski begitu, dr Ngabila menyebut dua kasus varian Arcturus yang ditemukan di DKI Jakarta tak mengeluhkan gejala demikian. Namun, ia menyebut ada beberapa pasien COVID-19 yang saat ini masih dirawat mengalami gejala mata merah.
"Sedang kami proses pemeriksaan genome sequencing," lanjutnya lagi.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) melaporkan temuan dua kasus varian Arcturus atau Omicron XBB 1.16 di DKI Jakarta.
Kedua pasien tersebut merupakan seorang pria berusia 50 tahun dan wanita 33 tahun yang sudah dinyatakan sembuh dan selesai menjalani perawatan intensif.
Subvarian Omicron XBB 1.16 merupakan 'sepupu' Omicron yang bermutasi dan pertama kali terdeteksi di India pada bulan Januari. Strain induknya XBB menyebabkan kasus menjadi empat kali lipat hanya dalam satu bulan di beberapa negara.
Omicron XBB 1.16 atau varian Arcturus ini merupakan salah satu dari lebih 600 subvarian Omicron yang saat ini tengah beredar.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini tengah memantau ketat galur dari varian tersebut. Pasalnya, beberapa pejabat mengungkap ada beberapa mutasi yang mengkhawatirkan.
Simak Video "Video Pakar: Flu Burung Picu Pandemi yang Lebih Parah Dibanding Covid-19"
(suc/naf)