Lebaran telah usai. Setelah berkumpul beberapa hari bersama keluarga, orang-orang akan pulang ke kampung halaman. Arus balik pun mulai memadati jalur-jalur tol maupun non tol.
Aktivitas selama di kampung halaman membuat orang kelelahan. Ditambah lagi dengan jarak rumah dan kampung halaman yang jauh membuat pengemudi mengantuk selama perjalanan. Hal ini perlu diwaspadai oleh pengemudi dan keluarga.
Pakar kesehatan tidur dr Andreas Prasadja RPSGT berpendapat mengantuk lebih berbahaya daripada mabuk saat menyetir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berkendara dalam kondisi ngantuk lebih berbahaya dibandingkan mabuk. Kemampuan konsentrasi dan refleks jadi jelek," kata dr Ade, sapaannya, dalam live streaming detik Pagi, Senin (24/4/2023).
dr Ade juga menyoroti orang yang sering mendengkur dan mengidap hipersomnia. Mereka disarankan untuk tidak mengemudi karena berisiko lebih tinggi mengakibatkan kecelakaan.
"Kalau mendengkur jangan berkendara karena orang yang mendengkur memiliki risiko 15 kali lipat lebih besar kecelakaan daripada yang tidak mendengkur," jelas dr Ade.
"Ada juga gejala penyakit tidur namanya hipersomnia. Hipersomnia kebalikan dari insomnia. Kantuk yang berlebihan. Tentu akan berbahaya," sambungnya.
Untuk menghindari rasa kantuk tersebut, ia menyarankan bagi pengemudi untuk tidur yang cukup selama beberapa hari sebelum pulang mudik. Waktu tidur yang dibutuhkan minimal 6 jam.
Tidur cukup tersebut harus dilakukan saat malam hari, bukan siang hari. Hal ini karena tubuh menghasilkan efek restoratif hanya malam hari.
"Kemampuan otak kita dibangun saat tidur. Daya tahan tubuh optimal juga saat tidur," jelasnya
Kemudian, dr Ade menegaskan untuk tidak berkendara di jam biasa seseorang tidur. Di jam-jam tersebut, rasa kantuk dan dorongan tidur semakin kuat sehingga mengganggu konsentrasi mengemudi.
(up/up)











































