Sosok dr Stephanie merupakan dokter forensik viral melalui konten TikTok dan YouTube. Dalam akun TikToknya @dokterstephanie, ia sering berbagi pengalaman mistis selama menjadi dokter forensik, seperti didatangi arwah bayi dan mendapat ucapan terima kasih dari mayat tanpa nama. Konten-konten tersebut sukses meraih jutaan views dan likes.
Dalam perbincangan dengan detikcom, dr Stephanie mengaku senang menjalani profesi sebagai konten kreator. Ia mengaku dapat berbagi pengalaman kepada masyarakat dari kasus-kasus yang ditangani, sama seperti passionnya dalam mengajar.
"Dengan saya sharing dan dapat feedback, misalnya ada teman-teman yang nanya dan masih penasaran untuk tahu lebih lanjut, saya belajar lagi juga. Di dunia kedokteran memang belajar seumur hidup," kata dr Stephanie kepada detikcom, Senin (8/5/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai konten kreator, dr Stephanie pernah diingatkan atau mendapat pertanyaan dari netizen seputar potensi kontennya melanggar kode etik. Terkait hal tersebut, ia menjelaskan bahwa konten-kontennya selalu mengacu pada fatwa dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) tentang etika dokter menggunakan media sosial.
"Tenaga kesehatan bukan berarti nggak bermedia sosial. Boleh, asal sharing informasi, misalnya tentang kesehatan harus ada dasar ilmiahnya. Terus misalnya kita mau kasih ilustrasi kasus, kita jelaskan, identitas pasien harus disamarkan," jelasnya.
"Saya samarkan nama, tempat, identitas, bahkan kadang kronologi saya ganti supaya melindungi korban dan keluarganya. Tapi inti yang mau saya sampaikan, kejadiannya, itu benar," tegas dr Stephanie.
Penyamaran identitas juga dilakukan untuk melindungi pasien dan keluarganya. Pada kasus yang belum bisa dijelaskan secara medis, dr Stephanie mengatakan seringkali masyarakat menilai korban berbuat buruk selama hidup. Oleh sebab itu, identitas disamarkan untuk menghindari anggapan buruk tersebut dan kasus asli tidak terungkap.
"Saya harus melindungi identitas pasien. Jangan sampai orang menganggap nama korban dan keluarganya jadi buruk. Karena kadang korban dibilang mati penasaran, orang bilang 'Jangan-jangan selama hidup orang itu berbuat buruk atau keluarganya gimana. Itu yang saya hindari," katanya.
NEXT: Alasan memilih jadi dokter forensik
Sebelum aktif menjadi konten kreator, pemilik nama lengkap Stephanie Renni Anindita ini merupakan dokter forensik sekaligus dosen tidak tetap. Sempat praktik di rumah sakit bhayangkara, kini ia lebih aktif mengajar di Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.
Ia lulus S1 Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Pelita Harapan. Kemudian, melanjutkan pendidikan dokter spesialis di FK Universitas Diponegoro, Semarang. Wanita kelahiran 1987 ini pun memaparkan alasannya menjadi dokter forensik.
"S1 itu saya sudah tertarik tentang mata kuliah forensik karena seru banget. Kita nggak bisa komunikasi sama pasiennya karena sudah meninggal. Tapi dengan itu, kita bisa menjadi suara bagi mereka," ungkapnya.











































