Kasus HIV Ibu Rumah Tangga Meningkat Tiap Tahun, Gegara Suami Doyan 'Jajan'?

Kasus HIV Ibu Rumah Tangga Meningkat Tiap Tahun, Gegara Suami Doyan 'Jajan'?

Averus Kautsar - detikHealth
Selasa, 09 Mei 2023 06:24 WIB
Kasus HIV Ibu Rumah Tangga Meningkat Tiap Tahun, Gegara Suami Doyan Jajan?
Ilustrasi HIV (Foto: Getty Images/iStockphoto/atakan)
Jakarta -

Kementerian Kesehatan RI melaporkan adanya penambahan kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada ibu rumah tangga. Menurut data yang dipaparkan oleh Kemenkes, kasus HIV pada ibu rumah tangga bertambah sebesar 5.100 kasus setiap tahunnya.

Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan kasus ini adalah kurangnya skrining pada ibu rumah tangga.

Dalam beberapa kasus, masih banyak suami yang tidak memperbolehkan istrinya untuk melakukan pemeriksaan HIV. Stigma HIV di tengah masyarakat ditengarai menjadi salah satu penyebab utamanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hanya 55 persen ibu hamil yang dites HIV. Hal ini karena sebagian besar tidak mendapatkan izin suaminya untuk tes dengan berbagai alasan," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Mohammad Syahril dalam konferensi pers Melindungi Anak dari Penyakit Menular Seksual, Senin (8/5/2023).

Terkait dengan ketidakinginan suami memberi izin istri untuk melakukan tes, Syahril meminta suami untuk lebih terbuka pada istri. Pengecekan HIV perlu dilakukan untuk mengendalikan penularannya.

ADVERTISEMENT

"Kalau hubungan ini dibuat terbuka, walaupun tidak gampang. Nah, untuk itu kita sampai data dengan maksud ya ini harus ditekankan dan bisa dikendalikan," sambung Syahril.

Begitu juga terkait stigma yang berkembang di masyarakat, menurutnya masalah ini juga harus diselesaikan oleh masing-masing pihak. Dukungan diperlukan oleh pasien dari lingkungan keluarga maupun pertemanan.

"Stigma Ini pertama itu memang harus dari orangnya itu sendiri sama dulu. Baik itu dari keluarga lingkungan teman-temannya yang itu beri stigma padahal itu penularannya bisa dicegah," kata Syahril.

"Kita hanya bersalaman bertemu ngobrol-ngobrol itu tidak akan terjadi penularan jadi jangan sampai orang ini harus dikucilkan," sambungnya.

Lebih lanjut, Syahril juga menekankan bahwa pasien membutuhkan bantuan penuh dari orang terdekat. Dengan dukungan tersebut, pasien bisa semangat menjalani pengobatan dan bisa menjalani hidup dengan baik.

"Justru orang ini harus dibantu untuk tetap dia mendapatkan akses pengobatan, agar dia betul-betul bisa hidup seperti orang yang lain," jelas Syahril.

"Nah, stigma ini harus dijaga satu oleh keluarga dulu bisa dari pasangan bisa dari anak orang tua atau lingkungan keluarga atau teman-teman," pungkasnya.




(avk/suc)

Berita Terkait