Ikon rock n roll Tina Turner meninggal dunia pada usia 83 pada Rabu (25/5/2023) setelah berjuang melawan sederet penyakit semasa hidupnya.
Dikutip dari Daily Mail, humasnya tidak merinci apa penyebab kematian Turner, tetapi mengatakan bahwa Tina meninggal setelah berjuang dengan 'penyakit lama.'
Turner telah menghadapi kondisi kesehatan yang serius seperti hipertensi yang menyebabkan stroke dan gagal ginjal, kanker usus, serta gangguan stres pascatrauma.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyakit Ginjal
Turner mengidap hipertensi berat sejak 1978 dan tidak diobati selama bertahun-tahun. Ini menyebabkan penyakit ginjal yang mengancam jiwa, salah satu penyebab utama kematian di AS.
Dia diresepkan obat pada 1985. Namun, ia merasa obat tersebut membuatnya semakin sakit sehingga memutuskan untuk berhenti meminumnya. Turner beralih ke pengobatan homeopati sebagai gantinya.
"Jarang dalam hidup saya melakukan kesalahan. Saya tidak tahu bahwa hipertensi yang tidak terkontrol akan memperburuk penyakit ginjal saya dan bahwa saya akan membunuh ginjal saya dengan berhenti mengontrol tekanan darah,' kata Turner.
Dia menambahkan bahwa ginjalnya berfungsi kurang dari 30 persen pada 2016. Turner menyebut ginjalnya adalah 'korban' dari penyangkalannya bahwa ia membutuhkan obat untuk bertahan hidup.
Gagal ginjal adalah tahap akhir dari penyakit ginjal stadium akhir. Tanpa adanya jaminan transplantasi, pasien dapat menjalani hemodialisis.
Transplantasi ginjal dilakukan Turner pada 2017 setelah menjalani dialisis yang berhasil, tetapi perjuangannya belum selesai. Penerima transplantasi harus minum obat imunosupresan untuk menangkis serangan dari sistem kekebalan tubuh mereka sendiri pada organ yang ditransplantasikan. Ini berakibat pada melemahnya kemampuan secara keseluruhan untuk melawan infeksi.
Dia mengungkapkan bahwa dirinya masih mengidap penyakit jangka panjang akibat operasi, termasuk pusing, mudah lupa, kecemasan, dan kadang-kadang diare.
"Saya tahu bahwa petualangan medis saya masih jauh dari selesai. Selalu ada tes lain, janji dengan dokter lain atau biopsi untuk dilalui," tulis Turner dalam memoarnya tahun 2017.
Stroke
Turner mengidap stroke pada Oktober 2013, tiga bulan setelah pernikahan keduanya dengan Erwin Bach.
"Saya bangun tiba-tiba dan panik. Sebuah petir menghantam kepala dan kaki kanan saya, setidaknya begitulah rasanya dan saya merasakan sensasi lucu di mulut yang membuat saya sulit untuk memanggil Erwin untuk meminta bantuan. Saya curiga itu tidak baik, tetapi itu lebih buruk dari yang pernah saya bayangkan. Saya mengalami stroke," tulisnya dalam memoar berjudul Tina Turner: My Love Story.
Stroke tersebut membuatnya harus dirawat di rumah sakit selama 10 hari. Ia pun harus kembali belajar berjalan setelah proses pemulihan.
Usia, tekanan darah tinggi, merokok, obesitas, gaya hidup kurang gerak dan diabetes diketahui meningkatkan risiko stroke.
Masalah terjadi ketika suplai darah ke otak terputus dan otak menjadi rusak atau mati. Kerusakan dapat menyebabkan kecacatan jangka panjang dan memengaruhi cara orang berpikir dan merasakan sesuatu.
NEXT: Kanker Usus
Kanker Usus
Tina Turner didiagnosis mengidap kanker usus tahun 2016, tiga tahun setelah stroke. Kanker usus termasuk penyakit yang sangat jarang, terhitung hanya satu persen dari kasus kanker di AS.
Tumor ganas membuat fungsi usus halus tidak bekerja dengan tepat. Penyebab pasti kanker ini belum diketahui, tetapi biasanya dimulai ketika sel sehat di usus kecil mengalami perubahan atau mutasi pada DNA mereka.
Tumor di usus kecil dapat menghalangi aliran makanan dan berdampak pada pencernaan. Saat tumor tumbuh, itu bisa menyebabkan rasa sakit di perut. Jika aliran makanan benar-benar tersumbat, dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, mual, dan muntah.
Kanker terkadang memerlukan pembedahan, meskipun dalam beberapa kasus kanker juga dapat diobati dengan kemoterapi.
Turner menjalani operasi untuk mengangkat bagian kanker dari ususnya. Operasi ini menunda transplantasi ginjalnya.
Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD)
Sebelum perceraian mereka pada 1978, Turner mengalami KDRT yang dilakukan oleh mantan suaminya, Ike Turner selama 14 tahun. Ia diduga mengalami patah hidung, rahang patah, dan memar di mata.
"Saya mencoba menjaga diri tetap waras sambil mengelola kegilaannya," ungkapnya. Pengalaman itu menempatkan Turner dalam titik terendah dan ia mencoba bunuh diri.
Dalam memoarnya, Turner memberi tahu dokter bahwa ia mengalami kesulitan tidur. Dokter meresepkan pil, tetapi Turner meminum 50 butir sekaligus untuk mengakhiri hidupnya.
"Itu bukan kehidupan yang baik. Yang baik tidak menyeimbangkan yang buruk," jelas Turner dalam film dokumenter 2021 berjudul 'TINA.'
PTSD dapat memengaruhi mereka yang mengalami atau menyaksikan peristiwa traumatis selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Saat ini, diperkirakan 13 juta orang AS mengidap PTSD.











































