Gelombang panas 'membakar' Bangladesh, sekolah dasar mulai pekan ini bahkan ditutup sementara. Otoritas wewenang setempat juga beberapa kali melakukan pemadaman listrik.
Hal itu juga berimbas pada sejumlah warga yang merasakan teriknya cuaca dan tidak bisa menyalakan kipas angin untuk meredakan efek panas yang mencapai 41 derajat Celcius.
Departemen Meteorologi Bangladesh memperingatkan bahwa gelombang panas tidak akan berakhir dalam waktu dekat. Para ilmuwan meyakini, perubahan iklim berkontribusi pada gelombang panas yang lebih sering terjadi saat ini, relatif lebih parah, dan berlangsung lebih lama selama bulan-bulan musim panas.
"Bangladesh dapat menghadapi pemadaman listrik selama dua minggu lagi," kata Nasrul Hamid, Menteri Negara Energi dan Sumber Daya Mineral, dikutip dari Reuters Selasa (7/6/2023).
Hal ini dipicu kekurangan bahan bakar akibat penghentian beberapa unit pembangkit listrik, termasuk pembangkit listrik tenaga batu bara terbesarnya.
"Karena krisis energi global dan lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di pasar mata uang internasional, kami terkena pelepasan beban yang tidak diinginkan ini," kata Hamid dalam sebuah postingan Facebook.
Gelombang panas ini terjadi karena negara tersebut telah bergulat dengan pemadaman listrik yang telah merugikan ekonominya dalam beberapa bulan terakhir, termasuk sektor pakaian jadi penting yang menyumbang lebih dari 80 persen ekspornya.
"Cuaca sangat panas akhir-akhir ini, tetapi pemadaman listrik selama berjam-jam semakin menambah kesengsaraan kami," kata Mizanur Rahman, seorang penjaga toko di ibu kota Dhaka.
NEXT: Banyak Warga ke RS
(naf/naf)