Rapper kondang Indonesia, Ignatius Rosoinaya Penyami atau yang akrab disapa Igor Saykoji baru-baru ini membagikan kabar terbaru mengenai progres dietnya. Dalam waktu 8 bulan, berat badan Igor berhasil menyusut hingga 35 kilogram.
Perjalanan diet Igor bermula dari dirinya 'dijebak' sang istri, Tessy Penyami. Selain itu, berusia 40 tahun tersebut juga mengaku pernah menjadi emotional eater.
"Gue emotional eater. Banyak orang ngira gue bahagia terus, tapi gue makan sebagai cara gue menangani rasa sakit batin," katanya dalam akun Instagram-nya @saykoji.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah Emotional Eating Bisa Diatasi?
Dikutip dari Healthline, emotional eater adalah seseorang yang mencari makanan ketika menghadapi sedang masalah emosi atau perasaan berat. Ketika seseorang makan sebagai respons dari sebuah emosi, hal tersebut disebut dengan istilah emotional eating.
Jika seseorang mengalami masalah emotional eating dan tidak memiliki cara lain untuk mengatasinya, hal ini bisa menjadi masalah. Sebab, makanan yang dikonsumsi tidak dapat memperbaiki masalah yang sebenarnya.
Emosi negatif dapat memicu seseorang untuk mengonsumsi makanan secara berlebihan. Dikutip dari Mayo Clinic, berikut adalah tips untuk mengatasi emotional eating:
1. Membuat 'diary' makanan
Cobalah menulis diary atau buku harian tentang makanan yang dikonsumsi. Tuliskan apa yang dikonsumsi, berapa banyak porsi makanan, kapan makanan tersebut dikonsumsi, bagaimana perasaan saat makan dan seberapa lapar.
Seiring waktu, pola yang mengungkapkan hubungan antara suasana hati dan makanan mungkin akan terlihat.
2. Mengendalikan stres
Jika stres berkontribusi pada emotional eating, cobalah teknik manajemen stres, seperti yoga, meditasi, atau pernapasan dalam.
3. Melakukan 'double check' sebelum makan
Sebelum makan, cobalah untuk memastikan bahwa apakah rasa lapar yang dirasakan bersifat fisik atau emosional? Jika perut tidak keroncongan meski sudah makan beberapa jam sebelumnya, mungkin rasa lapar tersebut hanya sekadar 'lapar mata'.
Jika mengalami hal tersebut, berikan waktu agar perasaan tersebut segera berlalu.
4. Mencari support system
Keluarga, teman atau komunitas dapat menjadi sistem pendukung (support system). Sebab, seseorang cenderung menyerah pada perilaku emotional eating jika tidak memiliki support system yang baik.
NEXT: Memiliki Hobi
5. Memiliki hobi
Alih-alih mengemil saat tidak lapar, cobalah untuk mengalihkan perhatian dan gantikan dengan perilaku yang lebih sehat. Misalnya, berjalan-jalan, menonton film, bermain dengan hewan peliharaan, mendengarkan musik, membaca, menjelajahi internet, atau menelepon teman.
6. Menyingkirkan godaan
Jangan menyimpan makanan enak yang sulit ditolak di rumah. Jika merasa marah atau sedih, cobalah untuk menahan diri untuk tidak pergi ke restoran hingga emosinya terkendali.
7.Mengonsumsi cemilan sehat
Jika merasa ingin makan di antara waktu makan, pilihlah camilan sehat, seperti buah segar, sayuran dengan saus rendah lemak, kacang-kacangan, atau berondong jagung tanpa mentega. Selain itu, cobalah versi rendah kalori dari makanan favorit untuk melihat apakah itu memuaskan keinginan.
8. Belajar dari Pengalaman
Cobalah untuk belajar dari pengalaman dan buat rencana bagaimana cara dapat mencegahnya di masa depan. Berfokuslah pada perubahan positif yang dibuat dalam kebiasaan makan. Jangan lupa untuk menghargai diri sendiri karena telah membuat perubahan yang akan menghasilkan kondisi kesehatan yang lebih baik.
Kapan mencari bantuan profesional
Jika sudah mencoba tips di atas tetapi masih tidak bisa mengendalikan emotional eating, pertimbangkan terapi dengan ahli kesehatan mental. Terapi dapat membantu seseorang untuk memahami perilaku emotional eating dan mempelajari keterampilan untuk mengatasinya. Terapi juga dapat membantu seseorang mengetahui apakah ia memiliki kelainan makan (eating disorder), yang dapat dikaitkan dengan emotional eating.
Simak Video "Pesan Saykoji Untuk yang Mau Diet"
[Gambas:Video 20detik]
(hnu/kna)











































