Viral Pria Bunuh Diri Terekam Bocah 'Railfans', Psikolog Waswas Risiko Trauma

Terpopuler Sepekan

Viral Pria Bunuh Diri Terekam Bocah 'Railfans', Psikolog Waswas Risiko Trauma

Vidya Pinandhita - detikHealth
Minggu, 16 Jul 2023 09:02 WIB
Viral Pria Bunuh Diri Terekam Bocah Railfans, Psikolog Waswas Risiko Trauma
Foto: Dok.Detikcom
Jakarta -

Belakangan, media sosial dihebohkan dengan video viral berisi aksi pria melakukan aksi bunuh diri di rel kereta. Adegan ngeri tersebut tak sengaja terekam oleh bocah-bocah 'Railfans' yang tengah menanti kereta api melaju dari pinggir rel. Namun keceriaan mereka berubah menjadi teriakan ketakutan setelah seorang pria tiba-tiba merebahkan tubuhnya di rel hingga tewas terlindas kereta.

Netizen menyoroti risiko trauma yang mungkin dialami anak-anak dalam video tersebut. Pasalnya, mereka syok lantaran tak sengaja menjadi saksi mata aksi bunuh diri.

Psikolog klinis dan founder dari pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi menjelaskan, memang benar orang yang tak sengaja melihat kejadian percobaan bunuh diri berisiko mengalami trauma. Ditambah, tindakan yang dilihat anak-anak tersebut mengandung kesadisan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Trauma adalah situasi atau kondisi pada seseorang setelah mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan, yang menyedihkan, menakutkan, mengancam pada dirinya. Pengalaman tersebut itu tidak hanya pengalaman yang dia alami sendiri secara langsung, melainkan juga bisa secara tidak langsung seperti menyaksikan atau mendengar semacam itu," terangnya kepada detikcom, Rabu (12/7/2023).

"Banyaknya informasi yang masuk di kepala baik itu pengaruh pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang karena diproses di dalam kepalanya," sambung Sari.

ADVERTISEMENT

Sari menjelaskan, kejadian yang dilihat oleh anak-anak tersebut mungkin akan terngiang-ngiang dalam kepala mereka. Pada beberapa kasus, kondisi trauma seperti ini juga mengganggu berlangsungnya aktivitas sehari-hari, dibarengi rasa takut ketika anak berada dekat dengan tempat peristiwa tersebut terjadi.

"Bisa jadi dan sangat terngiang-ngiang sekali. Apalagi kejadian seperti itu adalah kejadian yang identik dengan sadis, mengerikan, tidak pernah dilihat sebelumnya. Mungkin pertama kali bagi anak-anak itu menyaksikan peristiwa seperti itu sehingga menimbulkan trauma," beber Sari.

"Efek dari kejadiannya bisa terbayang-bayang pada orang yang menyaksikannya. terbayang-bayang terus sehingga mengganggu aktivitas dia keseharian. Bisa juga menimbulkan ketakutan saat berada di area-area yang identik dengan peristiwa itu terjadi. Bisa juga menimbulkan efek mimpi buruk, bisa juga menimbulkan efek ketakutan-ketakutan yang menjadi melebar ke mana-mana," sambungnya.

NEXT: Setop sebar-sebar video konten bunuh diri!

Di samping itu, yang juga menjadi kekhawatiran Sari adalah dampak pada orang-orang yang terpapar video viral tersebut lewat media sosial. Ia khawatir, video ini bisa menjadi 'trigger' untuk orang-orang yang sudah memiliki tendensi untuk bunuh diri.

"Bisa men-trigger orang-orang dengan kecenderungan bunuh diri sehingga melakukan cara yang pernah dilihat. Itu juga termasuk efek jangka panjang yang amit-amit, semoga tidak terjadi," ujar Sari.

Sari kemudian mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati menyebarluaskan video dengan muatan aksi percobaan bunuh diri. Jika tujuannya adalah untuk memberikan informasi, adegan sadis dalam video tersebut tak perlu diperlihatkan. Cukup dijelaskan dengan kata-kata.

"Lebih baik berhenti disebarluaskan. Karena rasa ngeri, trauma, bisa menjadi trigger untuk orang-orang yang punya tendensi bunuh diri. Untuk keluarganya sendiri, untuk orang-orang yang dikenal," ungkap Sari.

"Apalagi ini adalah peristiwa bukan tentang nyaris, melainkan peristiwa nahas. Berbeda ya. Peristiwa nyaris kecelakaan mungkin perlu dikasih lihat detik-detik bagaimana seseorang lolos dari maut. Tapi ini kan sudah bukan peristiwa semacam itu. Jadi ada tidak untuk ditonton berulang-ulang atau disebarluaskan karena malah akan menormalisasi peristiwa tragis menjadi sesuatu yang normal," pungkasnya.

CATATAN: Informasi ini tidak untuk menginspirasi bunuh diri. Jika Anda memiliki pikiran untuk bunuh diri, segera cari bantuan dengan menghubungi psikolog atau psikiater terdekat. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami tanda peringatan bunuh diri, bisa hubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes 021-500-454.

Halaman 2 dari 2
(vyp/vyp)

Berita Terkait