Istilah 'delulu' sedang banyak digunakan di media sosial. Kata ini kerap digunakan di media sosial untuk menggambarkan seseorang yang menganut keyakinan atau fantasi yang tidak realistis atau terlalu idealis.
Istilah slang 'delulu' berawal dari komunitas penggemar K-pop untuk menggambarkan perilaku penggemar yang mengalami delusi seperti keyakinan bahwa dia bisa menjalin hubungan dengan idola favoritnya. Namun saat ini delulu banyak dipakai untuk menggambarkan sesuatu yang tidak rasional atau delusional.
Ahli kesehatan jiwa Amy Morin, LCSW dari University of New England menjelaskan delusional adalah jenis penyakit mental serius yang tergolong dalam gangguan psikotik. Pengidapnya akan kesulitan untuk membedakan apa yang nyata dari apa yang dibayangkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun keduanya melibatkan distorsi realitas, ada perbedaan antara delusi dan halusinasi. Misalnya, pemikiran delusi berarti proses kognitif seseorang terdistorsi (pikirannya terdistorsi). Pada halusinasi, distorsi ada pada indra, misalnya pada indra pendengaran atau peraba.
Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental), delusi didefinisikan sebagai keyakinan yang salah berdasarkan kesimpulan yang salah tentang realitas eksternal yang tetap dipertahankan meskipun apa yang diyakini oleh hampir semua orang dan meskipun ada bukti yang tidak dapat disangkal dan jelas atau bukti yang bertentangan.
Di samping itu psikiater Timothy J. Legg, PhD, PsyD menerangkan delusi adalah keyakinan salah yang dianut oleh seseorang. Ini bertentangan dengan kenyataan atau apa yang umumnya dianggap benar. Kekuatan khayalan didasarkan pada seberapa besar orang tersebut mempercayainya.
"Delusi umumnya disebabkan oleh gangguan kesehatan mental. Namun, tidak semua penderita delusi memenuhi kriteria diagnostik lengkap untuk gangguan kesehatan mental apa pun," ujarnya dikutip dari Healthline.
Next: Ciri-ciri delusional
Seperti banyak gangguan psikotik lainnya, penyebab pasti dari gangguan delusi belum diketahui. Namun para peneliti melihat peran faktor genetik, biologis, lingkungan, atau psikologis yang membuat hal ini lebih mungkin terjadi.
Beberapa gejala yang mungkin dirasakan pengidap delusi adalah sebagai berikut:
- Merasa tidak aneh. Gejala ini paling banyak muncul. Penderitanya tidak merasa aneh dan tidak memperlihatkan sikap-sikap yang aneh.
- Merasa marah atau suasana hati yang buruk.
- Berhalusinasi, seperti melihat, mendengar, mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
- Merasa cemas dan terancam.
Baca juga: Berolahraga di Tengah Polusi Udara Ibu Kota |











































