Round Up

Heboh VCS Pemerasan 'Love Scamming', Ini Pesan Psikolog buat yang PDKT Via Medsos

Vidya Pinandhita - detikHealth
Senin, 04 Sep 2023 06:30 WIB
Ilustrasi. (Foto: BBC Magazine)
Jakarta -

Istilah 'Love Scamming' kini marak terdengar di media sosial, merujuk pada aksi pemerasan uang dengan iming-iming cinta. Dalam modus tersebut, korban diberi perhatian hingga ajakan video call seks (VCS), hingga pada akhirnya dimanipulasi untuk memberikan apa pun, termasuk uang.

Imbas tindak kriminal tersebut, sebanyak 88 WNA China di Batam ditangkap polisi bekerja sama dengan polisi China untuk membongkar seluk beluk kasus tersebut.

Menanggapi kasus tersebut, psikolog klinis dan founder dari pusat konsultasi Anastasia and Associate, Anastasia Sari Dewi menjelaskan, memang beberapa kondisi membuat seseorang mudah tertarik dengan orang asing di media sosial, hingga kemudian bersedia untuk 'PDKT' ke arah hubungan romantis hanya dengan berkenalan secara online (daring).

umumnya, korban dalam kasus penipuan seperti ini tergiur melihat hal-hal seru atau mewah yang diperlihatkan pelaku lewat media sosial. Sebab, hal-hal menyenangkan ini tak mudah ditemukan di kehidupan nyata sehari-hari.

"Selain dari foto-foto yang ditampilkan wajahnya, penampilannya, pakaiannya, kemudian benda-benda looks yang dia lihat seolah-olah menggunakan banyak barang mewah atau berada di tempat-tempat mahal, melakukan hobi-hobi yang mahal misalkan glf, diving, atau mungkin orangnya juga menampilkan ada di private jet dan lain sebagainya yang belum tentu itu foto asli," terangnya pada detikcom, Jumat (1/9/2023).

"Itu membuat ketertarikan orang itu jauh lebih tinggi. Karena sesuatu yang jarang ditemui di kehidupan sehari-hari tiba-tiba muncul itu menjadi orang penasaran dulu di awal pengen kenal secara personal, apa sih kerjaannya, kesibukannya, dan lain-lain. Itu bisa menjadi awal daya tarik untuk calon-calon korban," imbuh Sari.

Tanda-tanda Orang Berniat Love Scamming

Menurut Sari, ada sejumlah tanda yang bisa dikenali dari seorang penipu yang mengajak 'PDKT' di media sosial. Misalnya, tidak adanya teman yang sama (mutual friend) dengan orang tersebut.

"Temannya nggak ada yang sama, tinggalnya terpisah jauh, tiba-tiba nggak pernah kenal dari mana pun nggak ada kesamaan hobi apa pun yang sama atau komunitas tiba-tiba bisa kontak. Nah ini kan menjadi tanda tanya besar," ungkap Sari.

Selain itu, orang yang berniat menipu juga cenderung enggan ditemui tatap muka. Pun mereka mau bertukar kontak nomor handphone, mereka akan menanyakan hal-hal privasi seperti profil keuangan.

NEXT: Say no to VCS




(vyp/vyp)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork