Aktris Arawinda Kirana kembali menjadi perbincangan netizen, menyusul pernyataannya di media sosial baru-baru ini. Pasca film pendeknya luncur, Arawinda menyinggung perihal pengalamannya menjadi korban kekerasan seksual. Disebutkannya, ia sudah lama mengidap vaginismus dan rasa sakitnya semakin memburuk setelah kekerasan tersebut dialaminya.
"I already had Vaginismus before the assault happened, but afterwards, the pain increased tenfold). I still struggle with it until this day, and am grateful to have met people who understand," tulis Arawinda lewat akun Instagram-nya.
Vaginismus dipahami sebagai salah satu tipe disfungsi seksual. Saat pasangan hendak penetrasi, otot vagina secara tidak sadar akan mengencang dan penis menjadi seperti 'terjepit'. Imbasnya, akan muncul rasa sakit saat berhubungan seksual.
Seringkali menjadi pertanyaan, sebenarnya apa penyebab vaginismus? Mungkinkah rasa sakit ini disebabkan oleh perasaan tegang atau takut ketika wanita akan melakukan penetrasi?
Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi dan Praktisi Medis Vaginismus, dr Robbi Asri Wicaksono, SpOG meluruskan, pada kebanyakan kasus vaginismus, penis tidak akan bisa masuk ke vagina, dengan atau tanpa rasa takut yang dialami wanita.
Ia memberikan gambaran, pada kasus pemerkosaan kepada wanita yang tidak mengidap vaginismus misalnya, penetrasi tetap terjadi walaupun korban merasa takut dan kesakitan.
"Pemerkosaan itu sebuah kejadian yang sangat mengerikan, tapi penis bisa masuk. Memangnya korban pemerkosaan rileks? Dan kalau Anda mungkin mendebat bahwa 'Dok perkosaan kan paksa', (jawabannya) sama," ungkapnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
"Suami (dari) penderita vaginismus atau pasangan penderita vaginismus secara teknis untuk aspek mencoba memasukkan penis ke vagina itu sama. Di seluruh dunia, teknis memasukkan penis ke vagina hanya satu. Itu dimasukkan," sambung dr Robbi.
NEXT: Beda sakit akibat vaginismus vs sakit saat pertama kali berhubungan seksual
Simak Video "Dialami Arawinda Kirana, Apa itu Vaginismus?"
(vyp/kna)