Hal ini disampaikan oleh dokter urologi dari RS Royal Progress (RSRP), dr Endrika Noviandrini, SpU. Ia menyebut, kebiasaan sering menahan pipis atau buang air kecil memang termasuk salah satu faktor pemicu batu ginjal.
"Jadi kan aliran kencing dari ginjal turun ke ureter ke saluran yang tengah, baru ke kandung kencing. Ketika kandung kencingnya penuh nanti karena tekanan yang cukup tinggi kadang sebagian bisa kembali ke atas, jadi alirannya itu kembali ke atas," kata dr Endrika, ditemui di Sunter, Jakarta Utara, Kamis (7/9/2023).
"Ketika kandung kencingnya penuh nanti karena tekanan yang cukup tinggi kadang sebagian bisa kembali ke atas, jadi alirannya itu kembali ke atas. Jadi alirannya itu kebalik, itu yang menyebabkan adanya endapan. Jadi ada air dari atas turun juga, dari bawah naik juga kan. Jadi adanya endapan yang menyebabkan batu ginjal itu," lanjutnya.
Selain itu, kebiasaan menahan kencing menurut dr Endrika juga menyebabkan seseorang rentan mengalami infeksi. Adanya infeksi pada saluran kencing disebutnya juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya batu ginjal.
"Jadi kalau kita nahan kencing, itu kan ada infeksinya karena kencing itu hasil pembuangan filtrasi penyaringan dari ginjal," jelasnya.
Lalu bagaimana cara menghindari risiko tersebut?
"Jangan nahan kencing yang pasti. Menjaga kebersihan hygiene genetalia itu penting laki-laki maupun perempuan. Apalagi kan laki-laki kadang-kadang di kamar mandi lebih cepat ya daripada perempuan, jadi harus lebih bersih untuk mencegah infeksinya," pesan dr Endrika.
Salah satu metode untuk mengatasi batu ginjal adalah dengan metode Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan teknologi gelombang kejut untuk memecah kristal batu ginjal menjadi fragmen-fragmen kecil, dan bisa digunakan pada kasus batu ginjal dengan ukuran kurang dari 2 cm.
(up/up)