Stres merupakan salah satu penyebab meningkatnya asam lambung. Hal ini dapat terjadi karena terdapat hubungan yang erat antara pikiran dan saluran pencernaan. Alhasil, memendam perasaan atau stres yang berkepanjangan dapat memperparah asam lambung pada tubuh seseorang.
Belakangan ini, ramai menjadi perbincangan di media sosial bahwa curhat dan memiliki pasangan bisa menjadi 'obat' asam lambung khususnya untuk wanita. Lantas, benarkah demikian?
Hubungan stres dengan asam lambung
Spesialis penyakit dalam dan Chairman JDN Indonesia dr Andi Khomeini Takdir, SpPD, menerangkan bahwa stres bisa menjadi salah satu penyebab naiknya asam lambung. Hal itu terjadi karena terdapat hubungan yang erat antara apa yang manusia pikirkan dengan bagaimana tubuh berfungsi dan merespon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang ada hubungan yang erat antara apa yang kita pikirkan, apa yang manusia rasakan dengan bagaimana badan kita itu berfungsi dan merespon. Salah satu yang paling erat hubungannya itu otak sama usus dan lambung," jelas dokter yang akrab disapa dr Koko kepada detikcom, Selasa (05/09/2023).
dr Koko menjelaskan bahwa fenomena ini disebut sebagai Brain Gut Axis, yakni hubungan otak dengan saluran cerna, "Ada yang namanya fenomena Brain Gut Axis, ada hubungan antara otak dengan saluran cerna. Dan di saluran cerna itu sendiri memang ada banyak simpul saraf. Salah satu yang terbanyak itu di saluran cerna kalau di otak."
Peran Dukungan Mental dalam Mengatasi Asam Lambung
Meskipun tidak bisa dijadikan satu-satunya solusi, dr Koko menjelaskan bahwa mendapatkan dukungan mental dari bercurhat atau memiliki seseorang sebagai tempat untuk bercerita bisa meredakan asam lambung dengan membantu meredakan stres yang dialami.
"Bisa. Meskipun nggak bisa jadi (acuan) karena penyebabnya kan ada banyak ya. Dan kemudian nanti tergantung sama siapa dia cerita, apakah orangnya memang terpercaya atau nanti malah ceritain ke mana-mana. Nanti nggak selesai-selesai, malah nambah parah," ungkapnya.
dr Koko juga mengimbau pengidap asam lambung untuk turut mengevaluasi pola makan, informasi yang diperoleh dan emosi yang dirasakan, serta melakukan konsultasi ke profesional jika terjadi keluhan yang signifikan.
"Harus paham bukan hanya yang di tubuhnya, tetapi juga apa yang masuk ke dalam kepalanya, otaknya, atau pikirannya, dan perasaannya. Karena itu juga 'makanan'. Jadi, evaluate itu. Kalau kita udah jaga apa yang masuk, termasuk informasi, dan masih bermasalah harus ke dokter, ketemu profesional kesehatan supaya nanti dicek dan dievaluasi," jelas dr Koko.
Apakah Wanita Lebih Rentan Asam Lambung?
Meskipun wanita cenderung lebih terang-terangan dalam meluapkan emosinya bukan berarti laki-laki terhindar dari risiko asam lambung yang dipicu karena stres.
dr Koko berkata bahwa terdapat interkoneksi antara perasaan, pikiran, dan badan baik pada laki-laki maupun perempuan sehingga semua orang dapat terkena asam lambung yang dipicu karena stres.
"Soal emosi itu nggak bisa dipilah-pilih gender. Laki-laki maupun perempuan itu punya mekanisme tersendiri dalam bagaimana mereka merespons terhadap sekelilingnya, terhadap apa yang mereka rasakan dan pikirkan," ujar dr Koko.
"Kalau dia sama-sama punya lambung sama-sama punya otak, brain gut axis itu masing-masing gender dapat interaksinya," sambungnya lagi.
Terlebih, dr Koko juga menjelaskan bahwa emosi yang terpendam bisa membuat asam lambung semakin parah, "Bisa bikin asam lambungnya produksinya bertambah atau mukosa lambungnya yang 'menipis', jadi lebih sensitif terhadap asam lambung."











































