Perkembangan zaman dan teknologi memang menghadirkan beragam kemudahan. Tapi di sisi lain, kemudahan yang ditawarkan tersebut dapat memicu seseorang untuk mengadopsi gaya hidup sedentary life, atau yang disebut juga dengan malas gerak alias mager.
Misalnya, lebih memilih menggunakan eskalator atau lift ketimbang menaiki anak tangga saat berjalan-jalan di mall. Contoh lain, enggan beranjak dari kasur untuk pergi ke warung membeli makanan dan malah memesan lewat aplikasi online.
Tentunya gaya hidup seperti itu bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Mager yang berkepanjangan bisa memicu berbagai gangguan kesehatan seperti nyeri pada bagian tubuh, obesitas, hingga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke. Lantas, bagaimana cara agar bisa keluar dari kebiasaan mager tersebut?
Salah satunya tentu dengan berolahraga. Kendati demikian, orang yang terbiasa mager ternyata harus melewati tahapan ketika mau mulai aktif olahraga. Kenapa?
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah sekaligus Guru Besar Aritmia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Yoga Yuniadi, SpJP(K), orang yang terbiasa hidup sedentary life atau mager harus terlebih dahulu mengecek kesehatan jantungnya sebelum berolahraga. Hal ini dilakukan untuk memastikan kondisi fisiknya fit dan mencegah kemungkinan sudden death atau kematian mendadak.
"Olahraga itu seperti pedang bermata dua, di satu sisi bisa menyehatkan, di sisi lain bisa bikin sudden death kalau dia tidak mengetahui kondisi kesehatan jantungnya. Dia sebetulnya ada masalah jantung, berolahraga terlalu semangat, sudden death. Jadi yang paling penting adalah melakukan pemeriksaan kesehatan jantung sebelum berolahraga," ucapnya saat ditemui detikcom di acara 'Indonesia Heart Walk 2023' dalam rangka Hari Jantung Sedunia di GBK, Jakarta Selatan, Kamis (28/9/2023).
dr Yoga menjelaskan bagi orang yang sedentary life, ada beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mulai berolahraga. Pertama, apakah orang tersebut memiliki riwayat penyakit jantung, atau penyakit lain yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.
"Apakah pernah dia dikatakan menderita penyakit jantung, atau pernah dikatakan hipertensi, atau pernah dikatakan diabetes? Maka jika demikian, lakukan pemeriksaan jantung dulu," imbuhnya.
Selain itu, orang yang memiliki pantangan aktivitas fisik tertentu juga harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu sebelum mulai berolahraga.
Lebih lanjut, dr Yoga mengatakan pernah pingsan juga bisa menjadi indikator kesehatan jantung. Karena itu, orang yang memiliki riwayat pingsan juga perlu memeriksakan diri sebelum mulai berolahraga.
"Apakah seseorang pernah pingsan? Ini adalah self check yang baik. Kalau pernah pingsan, cek dulu kesehatan jantung sebelum mulai olahraga. Atau seseorang pernah dirawat karena masalah jantung, itu juga harus dicek. Ada beberapa poin self assessment yang harus dilakukan sebelum berolahraga, apalagi yang sebelumnya pola hidupnya sedentary. Karena kebanyakan kita kan sedentary," terangnya.
Bagi orang yang terbiasa mager dan ingin mulai berolahraga, dr Yoga menganjurkan untuk mulai dengan olahraga yang intensitasnya rendah atau menengah. Meski begitu, tetap harus melakukan pemeriksaan kesehatan jantung terlebih dahulu untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan, meskipun aktivitas yang dilakukan ringan sekalipun.
"Kalau buat yang mager itu mulai lah dengan yang (intensitas) low sampai moderate. Itu aja buat kita-kita yang mager ini," ucapnya.
"Tapi bahkan untuk melakukan yang low atau moderate intensity pun, self assessment tetap harus dilakukan. Kalau ada 'yes' terhadap pertanyaan self assessment itu, lakukan pemeriksaan kesehatan jantung dulu sebelum berolahraga," tandasnya.
Simak Video "Video: Tingginya Angka Kematian Penyakit Jantung Rematik, Kalahkan Malaria"
(ath/up)