Media sosial TikTok diramaikan dengan curhatan seorang dokter yang membagikan pengalamannya saat berjaga di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dia mengatakan saat itu pasien meresponsnya padahal sudah dinyatakan meninggal di tempat karena kecelakaan.
"Aku baru tau ternyata itu pasien DOA (death on arrival) (kecelakaan dan meninggal ditempat)," tulis dr Isna Cahya, seorang dokter yang ketika itu berpraktik di Jawa Timur, di akun TikToknya dilihat Selasa (3/10/2023).
Videonya telah ditonton oleh lebih dari 10 juta pengguna dan mendapat sekitar 5 ribu komentar. Kepada detikcom, dr Isna menceritakan kronologi kejadian tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat kejadian, dia sedang jaga malam jam 10 hingga 7 pagi. Pasien yang bersangkutan datang di jam 2 pagi dengan kondisi hujan deras di luar.
"Tiba-tiba ada mobil polisi datang, seperti biasa pak polisinya masuk ke dalam dan bilang 'permisi, ada pasien KLL (kecelakaan lalu lintas)'," sambungnya.
Rumah sakit tersebut adalah rumah sakit kepolisian. Jadi, sangat lumrah polisi datang dengan pasien KLL atau kriminal untuk visum dan lainnya.
Saat itu, dr Isna melihat ada tiga orang polisi yang mengantar dua pasien laki-laki. Pasiennya yang satu kurus, satunya lagi gemuk sekali seperti obesitas.
"Dua orang ini kami turunkan barengan. Yang obesitas ini diangkat oleh beberapa orang. Cukup sulit memindahkan pasien yang memiliki badan berlebih. Saya notice pas pemindahan celananya melorot sampai kemaluannya sedikit terlihat, sama polisi ditutupi jaket. Abis itu dua pasien ini ditaruh di ruangan tindakan yang tertutup tirai," ucap dr Isna.
Sesuai SOP, pasien tersebut akan dilakukan cek TTV (Tanda-tanda Vital) seperti tensi, cek suhu, dan cek kadar oksigen di tubuhnya.
"Saya tuh nggak engeh kalau pasiennya ada yang meninggal satu karena biasanya pasien kecelakaan apalagi meninggal itu otomatis di antar ke dokpol. Otomatis saya biasa aja periksa pasiennya," curhat dr Isna.
Dokpol adalah ruangan khusus untuk pasien meninggal, pasien kecelakaan, bunuh diri untuk urusan visum. Sambil menunggu perawatnya menyiapkan rekam medis dan alat untuk cek TTV, dr Isna mencuri start. Dia melakukan cek kesadaran untuk mendapat kesan umum pasien.
"Pertama saya cek pasien yang kurus dulu, saya tepuk-tepuk 'pak, pak' orangnya masih bisa diajak ngobrol ya sambil kesakitan. Pasien ini nanyain kakaknya, saya jawab lagi 'iya pak aman'. Saya nggak engeh kan awalnya. Saya beralih ke pasien yang gemuk ini. Badannya saya tepuk 'pak, pak' orangnya cuma jawab 'euh' gitu aja. Terus saya notice celananya melorot," kata dr Isna.
"Takut pasiennya malu, kasihan, saya inisiatif mau naikin celananya. Tapi, saya kan perempuan di ruangan itu saya sendirian, perawat lain dan polisi ada di luar. 'Pak, ini pak celananya melorot, mau saya bantu?' terus orangnya diem aja tapi tangannya itu ngerogoh celananya, naikin celananya biar bener gitu," lanjutnya.
Pasien itu ternyata sudah bisa membereskan celananya sendiri dengan kedua tangan. dr Isna meletakkan jaketnya di samping, menyelimuti dan keluar ruangan. Dia menghampiri polisi di luar dan menanyakan kronologis kejadiannya.
Singkat cerita, polisi mengatakan orang yang selamat itu yang bertubuh kurus dan satunya sudah meninggal dalam perjalanan. Kecelakaan sudah terjadi sekitar 30 menit dan TKP ke rumah sakit juga cukup jauh.
"Akhirnya saya balik lagi ke ruang tindakan bareng pak polisi, ya sama. Masih dalam keadaan bekas saya selimutin, terus celananya udah bener, udah sopan, nggak melorot lagi, tangan sebelah kanan megang daerah sabuk celananya gitu. Ya, saya langsung lemes. Pak polisinya juga notice di awal celananya melorot dan dia yang nutupin pake jaket," ungkap dr Isna.
Polisi bilang mungkin dr Isna yang melakukan tapi lupa. dr Isna menyanggah karena dirinya memiliki badan kecil, dia perempuan tidak mampu mengangkat tubuh pasien itu sendirian.
"Yaudah kita sama-sama tau aja, ya udah keburu lemes tapi ya harus tetep profesional kan. Terus saya periksa EKG nya, iya udah engga ada. Udah ada kaku mayat juga, mukanya udah biru, padahal pas saya liat pertama masih seger kaya orang tidur biasa," kata dr Isna di akhir cerita.
Menurut dr Isna, kaku mayat itu terjadi setelah 30 menit pasien meninggal. Jadi, tidak mungkin saat kunjungan pertama itu masih hidup dan ditengok kedua kali sudah meninggal.











































