Curhat Ibu Hamil Korban Perang di Gaza, Kelaparan hingga Takut dengan Nasib Anak

Atta Kharisma - detikHealth
Kamis, 26 Okt 2023 09:30 WIB
Situasi di Gaza membuat para ibu hamil cemas akan nasib anak-anaknya. (Foto: BBC World)
Jakarta -

Konflik antara Hamas dan Israel terus menelan korban jiwa setiap harinya. Serangan demi serangan yang diluncurkan Israel terhadap Gaza membuat masyarakat di sana cemas akan nasib dan masa depan mereka.

Begitu pula dengan para ibu hamil yang kini di ambang ketakutan. Selain cemas dengan keselamatan diri, mereka juga mengkhawatirkan nasib calon bayi yang akan segera lahir di tengah-tengah kondisi yang sangat kacau.

Kekhawatiran tersebut salah satunya dialami oleh Niveen al-Barbari, wanita berusia 33 tahun yang saat ini tengah mengandung anak pertamanya. Sebelum konflik Hamas-Israel, al-Barbari secara rutin mengunjungi dokter spesialis lantaran mengidap diabetes gestasional dan tekanan darah tinggi yang dapat membahayakan janinnya. Namun setelah serangkaian pengeboman yang dilakukan Israel, al-Barbari kehilangan kontak dengan dokter spesialisnya dan kini dibayangi rasa cemas akan kondisi calon buah hatinya.

"Setiap hari, saya membayangkan bagaimana caranya saya akan melahirkan dan di mana. Bom-bom itu tidak berhenti, dan tidak ada manusia, pohon, atau batu yang selamat dari bencana itu. Kami tidak tahu rumah siapa yang akan hancur berikutnya atau siapa yang akan mati," ujar al-Barbari, dikutip dari Al-Jazeera, Kamis (26/10/2023).

"Saya hanya berharap saya dan anak-anak saya aman," sambungnya.

Hal serupa dialami oleh wanita bernama Khulood Khaled. Wanita yang tengah mengandung 8 bulan itu terpaksa meninggalkan rumahnya di perbatasan utara Gaza lantaran cemas dengan aksi bom yang dilancarkan Israel.

"Kami melihat rumah-rumah runtuh ketika kami berkendara, berpikir kami bisa tewas kapan saja," ucapnya.

Dalam perjalanan, Khaled sempat menyaksikan para pengungsi yang dihantam oleh jet milik Israel. Saat itu, ia hanya bisa memeluk putranya dengan pikiran 'mati bersama'.

Khaled dan putranya saat ini bermukim di bagian selatan kota Khan Younis. Meski selamat, dia kini terpaksa bertahan hidup hanya dengan sepotong roti karena daerah tersebut tengah dilanda krisis kekurangan pangan.

"Saya tidak tahu apakah roti ini masih tersedia besok. Saya sangat takut, untuk putra saya, untuk anak saya yang belum lahir, dan diri saya sendiri. Saya tidak ingin mati, saya ingin melihat anak saya tumbuh besar," ungkapnya.

"Tapi tidak ada kehidupan yang tersisa di sini, Gaza telah menjadi kota hantu," imbuh Khaled.

Menurut data United Nations Population Fund (UNFPA), saat ini ada sekitar 50.000 wanita hamil di Gaza. Dari jumlah tersebut, 10 persen di antaranya diperkirakan akan melahirkan dalam waktu satu bulan ke depan.

"Para wanita tersebut mengalami 'mimpi buruk ganda' akibat serangan udara dari pasukan Israel," ujar perwakilan UNFPA Dominic Allen.

Sebelumnya, pada 7-12 Oktober Israel sudah melancarkan 6.000 bom ke sejumlah daerah di Gaza. Israel juga melakukan pengepungan total terhadap wilayah Gaza dan memblokir bala bantuan yang mengantarkan pasokan air, bahan bakar, listrik, dan barang-barang penting lainnya untuk daerah tersebut.



Simak Video "Video: Kemenkes soal Penyebab Meninggalnya Ibu Hamil Usai Ditolak 4 RS di Papua"

(ath/suc)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork