Menkes: 1 dari 10 Warga Indonesia Idap Gangguan Jiwa, Tegaskan Pentingnya Skrining

Sarah Oktaviani Alam - detikHealth
Selasa, 07 Nov 2023 18:05 WIB
Menkes RI Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Vidya Pinandhita)
Jakarta -

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Menurutnya, hal ini karena kurangnya kemampuan untuk mendeteksi gangguan jiwa dari awal.

Menkes mengatakan deteksi dini gangguan jiwa di Indonesia masih sangat lemah. Sifatnya masih secara observasi.

"Di Indonesia, 1 dari 10 yang terdeteksi (gangguan jiwa). Deteksi dini kita itu lemah sekali," sebut Menkes dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (7/11/2023).

"Kalau gangguan jiwa ini masih sangat manual, jadi pakai kuisioner. Apakah dia punya anxiety sama depresi," sambungnya.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, ada tiga gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan di Indonesia, yaitu:

  • Gangguan mental emosional (anxiety, bipolar) 9,8 persen
  • Depresi 61 persen
  • Gangguan jiwa berat (skizofrenia) 0,2 persen

Dalam pemaparannya, Menkes mengatakan gangguan jiwa anxiety yang paling sulit terdeteksi. Ia menyebut banyak masyarakat yang mengalami gangguan ini.

Bahkan tes kesehatan jiwa ini sudah dilakukan di wilayah Kementerian Kesehatan. Menurut Menkes, hasilnya sangat mengejutkan.

"Tapi, anxiety nih nggak tertangkap, biasanya,padahal banyak sekali yang kena, ini hormonalnya sudah terpengaruh. Karena ada hormon serotonin dan dopamin, kemudian bisa jadi depresi," beber Menkes.

"Skrining ini juga baru dilakukan di Kemenkes, dan ternyata hasilnya mengejutkan saya. Banyak juga yang anxiety, depresi, padahal mereka tidak running untuk pemilu," lanjut dia.

Menkes menyebut nantinya sistem skrining gangguan jiwa ini akan diperbaiki. Permasalahan ini sangat penting dan tinggi sekali.

"Seharusnya bisa ditangani lebih baik agar jangan terus turun jadi anxiety, nggak ke rawat jadi depresi, nggak ke rawat jadi skizofrenia. Kalau skizofrenia masuk rumah sakit jiwa sudah susah, sudah telat. Harusnya saat dia sudah anxiety sudah diajarin untuk terapi," pungkasnya.

Inikah Alasan Kasus Gangguan Jiwa Meningkat?

Sepanjang Januari hingga Juni 2023, POLRI melaporkan terdapat 663 kasus bunuh diri di Indonesia. Angka tersebut meningkat sebesar 36,4 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 yakni 486 kasus.

"Kasus bunuh diri meningkat di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Tekanan ekonomi menjadi salah satu penyebab terciptanya beban mental dalam jiwa seseorang," ujar Mind Technology Expert (Pakar Teknologi Pikiran) Coach Rheo, kepada wartawan di Jakarta, Minggu, (5/11/2023).

Kasus bunuh diri, menurut Coach Rheo, kecenderungannya dipicu gangguan kesehatan mental dengan beragam persoalan. Termasuk kekerasan berbasis gender, perundungan, kekerasan siber dengan berbagai modus, penyakit sulit disembuhkan, sampai tekanan ekonomi.

"Beban itu seringkali tersimpan abadi dalam relung jiwa seseorang. Semakin hari sulit menjalani kehidupan. Apalagi dengan hadirnya teknologi Artificial Intelligence (AI) yang lagi berkembang. Banyak orang putus asa kehilangan mata pencaharian," papar ahli kesehatan mental jebolan Certified Facilitator Access Consiousness USA, Certified Hypnotist, dan Hypnotherapist (Indonesian Board Of Hypnotherapy) ini.

Beban mental menurutnya memang seperti parasit. Sulit hilang dari dalam jiwa seseorang. "Seringkali trauma hadir hilang timbul. Perlu proses healing panjang dan melelahkan. Tapi semua upaya hanya membantu melewati saja. Tidak membuat beban mental hilang permanen. Kata yang digunakan hanyalah 'pulih', tinggal tunggu waktu balik lagi," tukas Coach Rheo.



Simak Video "Video: Cerita Menkes Pilih-pilih Olahraga Ternyaman, Renang hingga Lari"

(sao/kna)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork