Pilu Dokter RS Indonesia di Gaza Amputasi Kaki Anak 3 Tahun Tanpa Anestesi

Pilu Dokter RS Indonesia di Gaza Amputasi Kaki Anak 3 Tahun Tanpa Anestesi

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Rabu, 22 Nov 2023 11:30 WIB
Pilu Dokter RS Indonesia di Gaza Amputasi Kaki Anak 3 Tahun Tanpa Anestesi
Rumah Sakit Indonesia di Gaza. (Foto: Dok MER-C via CNN Indonesia)
Jakarta -

Seorang dokter di rumah sakit Indonesia di Gaza, membagikan kisahnya yang mengamputasi kaki pasien anak berusia tiga tahun tanpa menggunakan anestesi.

Dokter yang bekerja di Departemen Kardiologi Rumah Sakit Indonesia bernama Mohammed Saqer itu bercerita, awalnya ada seorang pria yang membawa anaknya ke RS Indonesia. Bocah tersebut mengalami luka yang sangat parah di kaki kanannya, ditambah banyak pecahan-pecahan peluru yang menempel di bagian tubuh lainnya.

Ia dengan rekannya pun segera mengobati luka pasien dengan larutan, perban, dan tourniquet yang tersedia untuk menghentikan perdarahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam keadaan normal, kita dapat menyelamatkan sebagian kaki, namun saat ini ruang operasi tidak memiliki kapasitas, tidak ada sumber daya medis, atau persediaan yang tersedia," ucap dokter tersebut, dikutip dari Metro UK.

Kondisi bocah tersebut semakin memburuk, dr Saqer akhirnya mengambil keputusan untuk mengamputasi seluruh kaki di atas lutut bocah 3 tahun tersebut. Namun karena kurangnya obat anestesi, operasi dilakukan dengan obat yang disebut ketamine, yakni obat yang bekerja dengan mengganggu sinyal dalam otak yang mengatur respons tubuh terhadap rasa sakit dan kesadaran.

ADVERTISEMENT

Hasilnya, pasien tetap sadar sampai batas tertentu dan mengetahui apa yang sedang terjadi, namun tak langsung merasakan sakit.

"Ini hanyalah salah satu dari sekian banyak korban perang yang saya lihat setelah tanggal 7 Oktober ketika saya bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Indonesia di utara Gaza," ucapnya.

"Ini adalah peran yang baru-baru ini harus saya tinggalkan mengingat pemboman intensif di wilayah tersebut, yang telah menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur di Gaza dan membuat pasien, staf, dan orang lain terpaksa mengungsi di sana," imbuhnya lagi.

Di samping itu, dr Saqer juga menceritakan perannya yang saat ini sebagai sukarelawan membantu para pengungsi dalam memenuhi kebutuhan medis. Ia mengaku telah melihat banyak orang yang terluka atau terbunuh akibat pemboman Israel yang tiada henti.

"Di mana warga sipil yang tidak bersalah harus menanggung akibatnya," imbuhnya.

"Adegannya sangat kasar. Banyaknya korban yang masuk dan sering kali kami tidak dapat melakukan apa pun untuk mengatasi mereka. Kami dapat menyelamatkan beberapa orang, namun yang lainnya tidak dapat tertolong," lanjutnya lagi.

dr Saqer juga menyebut kekurangan pasokan medis yang diperlukan untuk prosedur bedah membuat para dokter di rumah sakit tersebut harus bekerja seminimal mungkin.

"Satu-satunya hal yang kami pegang saat ini adalah kesabaran. Saya pernah melihat seorang laki-laki yang kakinya patah terkena pecahan peluru dan masih banyak lagi yang kehilangan anggota tubuhnya, namun mereka tetap bersabar. Daya tahan mereka luar biasa bagi saya," imbuhnya.




(suc/kna)

Berita Terkait