Nggak cuma pemerintah RI yang saat ini berencana menebar nyamuk ber-wolbachia di lima kota untuk memerangi penyakit demam berdarah dengue (DBD). Pemerintah Singapura saat ini pun berencana menambah area pelepasan nyamuk tersebut di lima wilayah selatan Singapura. Program ini akan dimulai pada kuartal pertama tahun 2024.
Nyamuk ber-wolbachia yang dimaksud adalah nyamuk aedes aegypti yang diinfeksi bakteri wolbachia untuk mengendalikan penularan virus dengue, penyebab DBD.
Sekretaris Parlemen Senior untuk Keberlanjutan dan Lingkungan Hidup Singapura, Baey Yam Keng, mengatakan, pemerintah akan menebarkan nyamuk jantan aedes aegypti pembawa wolbachia ke lima wilayah selatan Singapura.
Hal ini bertujuan agar nyamuk jantan ber-wolbachia tersebut kawin dengan nyamuk betina yang tak ber-wolbachia untuk menghasilkan telur yang tak menetas. Walhasil, metode ini berguna untuk menekan populasi nyamuk yang ada di alam.
Adapun lima wilayah yang akan ditebarkan nyamuk ber-wolbachia adalah Bukit Merah-Telok Blangah, Clementi-Pantai Barat, Persemakmuran, Holland, dan marine Parade-Mountbatten.
Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA) mengatakan kelima lokasi tersebut dipilih berdasarkan berbagai pertimbangan, antara lain riwayat risiko demam berdarah dengue, populasi nyamuk aedes, dan kapasitas NEA dalam memproduksi dan melepaskan nyamuk ber-wolbachia-aedes jantan.
Sebagaimana diketahui, Singapura telah mengalami wabah demam berdarah dengue dalam tiga dari lima tahun terakhir. Hampir 16.000 kasus dilaporkan pada tahun 2019, dan lebih dari 30.000 kasus setiap tahun tercatat pada tahun 2020 dan 2022.
Negara tetangga RI itu juga sebelumnya telah menerapkan teknologi wolbachia untuk menekan penyakit DBD di beberapa wilayahnya, yakni Bukit Batok Choa Chu Kang, Tampines, dan Yishun. Hasilnya, populasi nyamuk pembawa virus dengue di lokasi penelitian tersebut telah menurun lebih dari 90 persen.
"Antara tahun 2019 dan 2022, penduduk yang tinggal di daerah yang sudah pernah dibebaskan setidaknya selama satu tahun memiliki kemungkinan 77 persen lebih kecil untuk tertular demam berdarah dengue," ucap NEA.
(suc/up)