Kateter urine ini biasa digunakan oleh penderita retensi urine untuk membantu mengosongkan kandung kemih. Mari ketahui apa itu kateter urine, jenis-jenis, serta berbagai kondisi medis yang memerlukan bantuan alat medis ini.
Pengertian Kateter Urine
Kateter urine adalah alat medis yang digunakan untuk membantu mengeluarkan urine pada pasien yang mengalami kesulitan buang air kecil. Dikutip dari National Health Service, alat ini berupa tabung fleksibel yang digunakan untuk mengosongkan kandung kemih dan menampung urine dalam kantong drainase.
Pemasangan kateter urine dilakukan oleh dokter atau perawat. Kateter urine dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra oleh sebuah selang kecil dan tipis. Kemudian selang tersebut mengalirkan urine keluar dari kandung kemih menuju kantong drainase.
Kateter urine dipasang untuk meminimalisir risiko kerusakan ginjal akibat penumpukan urine dalam kandung kemih. Alat ini biasa digunakan pada pasien yang menjalani prosedur pengobatan tertentu selama 3-8 hari. Namun, pada pasien yang memerlukan penggunaannya lebih lama, kateter urine akan diganti secara berkala guna menghindari risiko terjadinya infeksi.
Kondisi Medis yang Memerlukan Kateter Urine
Kateter urine merupakan alat medis yang biasa digunakan oleh penderita retensi urinee. Dikutip dari buku Keperawatan Medikal Bedah oleh Khenivah Diah, dkk, retensi urine adalah kondisi ketika pasien tidak dapat mengosongkan semua urine dalam kandung kemihnya.
Selain digunakan pada pasien retensi urine, kateter urine juga digunakan pada pasien dengan kondisi medis lain, berikut di antaranya:
- Inkontinensia urine (sulit menahan buang air kecil)
- Kerusakan saraf yang memengaruhi fungsi kandung kemih
- Penyumbatan saluran kemih (uretra)
- Pemberian obat langsung ke kandung kemih, misalnya kemoterapi kanker kandung kemih
- Pengosongan kandung kemih sebelum atau sesudah operasi tertentu
- Pemantauan produksi urinee pada pasien yang dirawat di ruang ICU.
Jenis-Jenis Kateter Urine
Jenis kateter urine dapat dibedakan berdasarkan bahan serta kebutuhan dan waktu penggunaannya. Berikut penjelasannya:
Berdasarkan Bahannya
Berdasarkan bahannya, kateter urine dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Kateter plastik: digunakan untuk jangka waktu pendek, lantaran bahannya yang kurang lentur dan cenderung mudah rusak.
- Kateter logam: biasa digunakan pascapersalinan dan digunakan untuk pemakaian jangka pendek.
- Kateter lateks: digunakan selama kurang dari 3 minggu.
- Kateter silikon murni: dapat digunakan selama 2-3 bulan karena cenderung lebih lentur.
Berdasarkan Kebutuhan dan Waktu Penggunaannya
Berdasarkan kebutuhan dan waktu penggunaannya, kateter urine dibagi menjadi beberapa jenis berikut:
- Intermittent catheter: Kateter urine untuk penggunaan sementara. Biasanya digunakan oleh pasien yang sedang menjalani kemoterapi atau pascaoperasi.
- Indwelling catheter/kateter Foley: Kateter urine untuk penggunaan yang lebih lama, biasanya dilengkapi balon pada bagian ujung untuk menahan posisi kateter tetap berada di dalam kandung kemih. Kateter ini dapat dipasang melalui lubang saluran kemih atau dari lubang kecil yang dibuat pada perut.
- Condom catheter: Kateter urine untuk penggunaan di luar penis dan berbentuk menyerupai kondom. Kateter ini digunakan pada pasien pria yang kesulitan buang air kecil dengan normal akibat masalah fisik atau mental.
Efek Samping Penggunaan Kateter Urine
Pemasangan kateter urine pada dasarnya adalah prosedur medis yang aman dilakukan. Namun, penggunaan kateter urine dapat menimbulkan infeksi saluran kemih apabila kateter tidak diganti secara rutin.
Meski tergolong aman, namun ada sejumlah efek samping yang perlu diwaspadai selama menggunakan alat medis ini, berikut di antaranya:
- Infeksi saluran kemih
- Kebocoran kateter
- Cedera dan penyempitan uretra
- Spasme kandung kemih.
Kateter urine biasanya digunakan dengan pengawasan tenaga kesehatan, yang dibantu pendamping pasien. Jika memungkinkan dan pasien sudah pulih, kateter urine akan dilepas sehingga pasien bisa buang urine seperti biasa.
Simak Video "Video: Kemenkes Ungkap Masalah Kesehatan Tertinggi dari Hasil CKG"
(row/row)