Wolbachia Disebut Bakal Jadi 'Jurus' Atasi DBD, Metode Fogging Tak Dipakai Lagi?

Averus Kautsar - detikHealth
Rabu, 20 Des 2023 06:00 WIB
Potret metode fogging untuk mengatasi DBD. (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) saat ini tengah menyiapkan teknologi nyamuk ber-wolbachia sebagai salah satu cara baru mengatasi permasalahan demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia. Menurut penelitian yang dilakukan, nyamuk aedes aegypti yang sudah diinfeksi dengan bakteri wolbachia dapat menurunkan kasus dan keparahan akibat DBD.

Teknologi wolbachia ini disebut dapat menurunkan 77,1 persen kasus DBD dan angka rawat inap hingga 82,6 persen. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI dr Imran Pambudi menjelaskan bahwa inovasi ini nantinya tidak akan menjadi pengganti upaya-upaya yang sudah ada.

"WHO Vector Control Advisory Group sudah memberikan rekomendasi wolbachia sebagai salah satu bentuk penanganan DBD. Jadi, bukan untuk mengganti upaya-upaya yang sudah ada," ucap dr Imran ketika ditemui detikcom, Selasa (19/12/2023).

dr Imran mengungkapkan bahwa upaya penanganan DBD dengan fogging tetap bisa berjalan beriringan dengan metode wolbachia. Namun, nantinya metode fogging hanya akan dilakukan pada kondisi-kondisi khusus. Sebagai contoh pada suatu daerah yang sudah masuk status KLB demam berdarah dengue.

"Fogging itu hanya dilakukan misalnya sudah terjadi KLB. Kalau memang nantinya wolbachia yang sudah ada di sana akhirnya mati ya nggakpapa, karena itu adalah kondisi yang mengharuskan eliminasi. Itu sudah ada indikasi-indikasinya," jelasnya.

Lebih lanjut ia juga mengungkapkan bahwa metode wolbachia tidak serta merta cocok dilakukan di semua tempat. dr Imran mengatakan bahwa inovasi ini hanya cocok dilakukan di tempat padat penduduk. Hal ini perlu diperhatikan untuk menjaga efektivitas dari metode wolbachia.

"Tidak semua daerah itu cocok diterapkan teknologi wolbachia. Yang cocok hanya pada daerah yang padat penduduknya. Kalau jarang-jarang itu kurang cocok lantaran nyamuk aedes aegypti itu cenderung 'malas', mereka paling terbang maksimal seratus meter, tidak mau terbang jauh," jelas dr Imran.

Menurut Imran, jika kepadatan penduduk rendah dan jarak antar rumah terlalu jauh, maka kecil kemungkinan nyamuk ber-wolbachia untuk bertemu dengan nyamuk lain dan bereproduksi. Nyamuk aedes aegypti umumnya sudah sangat beradaptasi dan membutuhkan manusia. Oleh karena itu semakin tinggi kepadatan penduduk, maka semakin besar juga populasi nyamuk.



Simak Video "Video: Kemenkes Catat 131 Ribu Kasus DBD Sepanjang 2025"

(avk/vyp)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork