Puncak COVID-19 Varian JN.1 di RI Diprediksi Terjadi Lebih Lama hingga 3 Pekan

Puncak COVID-19 Varian JN.1 di RI Diprediksi Terjadi Lebih Lama hingga 3 Pekan

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 22 Des 2023 10:32 WIB
Puncak COVID-19 Varian JN.1 di RI Diprediksi Terjadi Lebih Lama hingga 3 Pekan
Ilustrasi COVID-19 varian baru. (Foto: Getty Images/loops7)
Jakarta -

Kasus COVID-19 di Indonesia kembali merangkak naik. Pada Kamis (21/12/2023), tercatat penambahan 453 kasus, pasien sembuh bertambah 569, sementara catatan kematian COVID-19 lebih tinggi dari hari sebelumnya yakni sembilan jiwa, menurut catatan resmi Kementerian Kesehatan RI.

Pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia menilai puncak kasus COVID-19 tiba di pekan awal Januari 2024. Sayangnya, menurut dia, rentang waktu puncak di gelombang COVID-19 subvarian Omicron baru relatif berlangsung lebih lama.

Pemerintah diprediksi hanya mampu menemukan kasus COVID-19 tidak lebih dari seribu orang, di tengah jumlah kasus yang sebetulnya melampaui 10 kali lipat dibandingkan angka resmi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita kalau kondisi di lapangan tentu angka infeksi jauh lebih banyak bahkan bisa 100-an lebih banyak dari yang ditemukan, karena saat ini subvarian JN.1 sangat efektif melakukan infeksi ulang, terhadap orang yang pernah terinfeksi mapu menembus imunitas daripada vaksinasi booster," terangnya kepada detikcom Jumat (22/12/2023).

"Proyeksinya kalau melihat kasus paling bisa kita lihat di angka seribuan, tidak sampai puluhan ribu, itu pun sudah dianggap puncak dalam konteks saat ini, gelombang kecil ini, meskipun tidak banyak terlalu kematian, setidaknya selama seminggu ada laporan 1-2 kematian," sambung Dicky.

ADVERTISEMENT

Puncak kasus COVID-19 subvarian Omicron baru disebutnya bertahan hingga minggu kedua sampai ketiga di Januari 2024. Dirinya mewanti-wanti potensi kenaikan kasus COVID-19 rawat inap pasca libur Natal dan Tahun Baru.

Pasien dengan risiko tersebut terutama mengintai pengidap komorbid seperti gangguan imunitas tubuh, hingga lansia.

"Bisa terjadi sedikit peningkatan kasus perawatan RS, tetapi ini cenderung di kota besar seperti Jabodetabek," pesan dia.

Vaksinasi COVID-19 hingga saat ini masih terbukti untuk membuat mereka yang terpapar 'hanya' menimbulkan gejala ringan. Meski begitu, bukan berarti protokol kesehatan bisa diabaikan. Kunci pencegahan risiko COVID-19 yang optimal adalah dengan vaksinasi dosis tambahan dan protokol kesehatan.




(naf/naf)

Berita Terkait