Hingga saat ini hanya ada enam ambulans yang masih beroperasi di seluruh Jalur Gaza. Hal itu disampaikan secara langsung oleh pihak Kementerian Kesehatan Palestina di kompleks RS Al-Shifa pada Sabtu (13/1/2024).
Pihak Kemenkes bersama dengan LSM medis menuding bahwa Israel secara sistematis telah menargetkan layanan kesehatan di Gaza. Hal itu dilakukan dengan melakukan penyerangan dan penahanan pada tenaga medis.
Mereka juga menyoroti kesulitan dalam mengoperasikan layanan penting seperti unit perawatan intensif dan penitipan anak. Kondisi ini begitu kritis di wilayah selatan Rafah, saat infrastruktur kesehatan dan layanan yang rapuh kesulitan memenuhi kebutuhan sekitar 1,3 juta pengungsi.
Kemenkes Palestina mengingatkan tingginya risiko epidemi, khususnya pada anak dan lansia yang menjadi pengungsi. Mereka menekan organisasi-organisasi internasional untuk menekan Israel agar melepaskan tenaga medis yang ditangkap.
Pihak Kemenkes Palestina juga meminta bantuan komunitas internasional dan lembaga hak asasi manusia untuk membangun kembali sistem kesehatan di Gaza. Hal itu termasuk penyediaan peralatan, obat-obatan, dan pasokan medis lainnya.
"Kami menyerukan kepada komunitas internasional dan lembaga hak asasi manusia untuk membantu membangun kembali sistem kesehatan di sektor ini, dan memperkenalkan peralatan, peralatan, obat-obatan, dan pasokan medis," ujar pihak Kemenkes dikutip dari Palestine Chronicle, Senin (15/1/2025).
Organisasi kesehatan dunia (WHO), melaporkan total kapasitas tempat tidur rumah sakit di Gaza telah berkurang dari yang sebelumnya 3.500 menjadi hanya 1.400. Jumlah warga Gaza tewas yang tercatat semenjak pecahnya perang pada 7 Oktober sudah mencapai 23.843 orang. Sedangkan, sebanyak 60.317 orang lainnya mengalami luka-luka.
Seorang ahli dari Oxford University Hospital dan Medical Aid for Palestine (MAP) Profesor Nick Maynard menggambarkan betapa 'ngerinya' situasi pasien luka-luka yang ada di Gaza.
"Cedera yang kami saksikan sebagian besar adalah luka akibat ledakan dengan luka pecahan peluru di sekujur tubuh. Sebagian besar terjadi di anggota badan, dan banyak orang dewasa, anak-anak, dan bayi datang dengan amputasi traumatik pada lengan dan kaki," kata Maynard dikutip dari New Arab.
"Kami juga telah melihat anak-anak kecil dengan luka bakar wajah yang paling parah. Setiap inci rumah sakit dipenuhi orang-orang yang tergeletak di tanah," pungkasnya.
Simak Video "Video Laporan WHO: RS Al-Khair di Gaza Kembali Beroperasi"
(avk/naf)