Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa 47 persen masyarakat Indonesia tidak menerapkan aspek mindful eating ketika makan. Survei yang dilakukan oleh Health Collaborative Center (HCC) ini menunjukkan berarti ada setidaknya 4 dari 10 orang di Indonesia adalah seorang emotional eater.
Emotional eating adalah cara makan yang dilakukan secara tidak mindful, buru-buru, dan dilakukan sebagai cara untuk mengatasi emosi tanpa kesadaran penuh. Makanan pada kondisi ini menjadi sebuah kompensasi emosi, misalnya seperti sedang marah, hingga stres karena pekerjaan atau belajar.
Survei yang dilakukan di 20 provinsi dengan melibatkan 1.158 responden ini juga mengungkapkan kelompok paling berisiko mengalami emotional eating. Peneliti HCC Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH mengatakan orang muda di bawah 40 tahun menjadi kelompok paling berisiko dari masalah emotional eating.
"Ternyata waktu kita lihat total dari semua orang yang memiliki emotional eating, kebanyakan di bawah 40 tahun. Berarti di usia muda hingga dewasa muda. Orang di kelompok usia ini risikonya dua kali lipat untuk menjadi emotional eater," jelas dr Ray ketika ditemui detikcom, Rabu (24/1/2024).
Dari data yang ia temukan, 49 persen orang berusia di bawah 40 tahun mengalami emotional eating. Temuan yang lain mengungkapkan bahwa 57 persen responden yang sedang menjalani diet juga mengalami emotional eating dan 51 persen orang yang mengalami emotional eating berisiko mengalami stres tingkat sedang.
"Ternyata waktu kita lihat dari total semua orang yang punya emotional eating kebanyakan di bawah 40 tahun, berarti di usia muda. Mereka itu risikonya dua kali lipat," ucap dr Ray.
dr Ray lebih lanjut menyoroti risiko emotional eating pada seseorang yang sedang menjalani diet. Tim peneliti menemukan bahwa metode diet terbanyak yang dilakukan oleh responden adalah diet rendah lemak, intermittent fasting, dan diet keto.
(avk/naf)