'Kalap Makan karena Stres' atau 'Stres karena Kalap Makan'?

'Kalap Makan karena Stres' atau 'Stres karena Kalap Makan'?

Vidya Pinandhita - detikHealth
Jumat, 26 Jan 2024 06:00 WIB
Kalap Makan karena Stres atau Stres karena Kalap Makan?
Ilustrasi temuan riset perihal fenomena 'emotional eater' di Indonesia. Foto: Getty Images/xijian
Jakarta -

Beberapa orang terbiasa menjadikan makanan sebagai 'pelampiasan' ketika sedang stres. Entah karena patah hati, atau lelah dengan beban kerja. Namun di samping itu, ada juga orang-orang yang justu baru muncul rasa stresnya setelah kalap makan. Sebenarnya bagaimana sih penjelasan medis di balik fenomena ini?

Sebuah survei bertajuk 'Mindful Eating Study' oleh Health Collaborative Center (HCC) yang dilakukan kepada 1.158 responden di 20 provinsi Indonesia menemukan bahwa 47 persen, atau setara lima dari 10 orang Indonesia, memiliki perilaku 'emotional eater' (perilaku makan emosional).

Ketua tim peneliti HCC, dr Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, menjelaskan konsep 'makan emosional' diartikan sebagai kebiasaan seseorang menggunakan makanan sebagai cara untuk mengatasi dan mengendalikan emosi, bukan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan gizi saat lapar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Data ini menunjukkan bahwa mayoritas atau sekitar 4 hingga 5 dari 10 orang Indonesia yang diwakili responden survei ini memiliki perilaku makan emosional," tuturnya dalam diskusi bersama media, Rabu (24/1/2024).

"Ini tanda awas yang serius, karena perilaku makan emosional meningkatkan risiko stres dan mengganggu potensi asupan gizi seimbang, sehingga bisa mengakibatkan ketidakseimbangan nutritional intake dan gangguan kesehatan mental," imbuh Inisiator dari Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa tersebut.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, survei yang juga dilakukan oleh Research Associate Yoli Farradika menemukan bahwa sebanyak 57 persen orang dengan kecenderungan 'emotional eater' rupanya sedang dalam masa diet. Pada kebanyakan kasus, orang-orang ini menjalani diet dengan metode diet rendah lemak, intermittent fasting, dan diet keto.

"Hal ini merupakan faktor risiko yang perlu dipelajari karena mengingat kecenderungan adanya pola diet yang marak terjadi di masyarakat Indonesia akibat promosi dan publikasi terbuka lewat media," terangnya.

NEXT: Makan karena Stres atau Stres karena Telanjur Kalap Makan?

Di samping itu, riset tersebut juga menemukan bahwa kecenderungan emotional eating juga bisa memicu stres. Mereka menemukan, sebanyak 51 persen emotional eater di Indonesia berisiko mengalami stres dua kali lebih lipat setelah makan dalam kondisi emosional tersebut.

Yang berbanding terbalik dengan perilaku emotional eater adalah 'mindful eater' yang diartikan sebagai kecenderungan makan dengan 'sadar', bukan sembari emosional. Riset tersebut menemukan, di Indonesia, sebanyak 40 persen mindful eater adalah orang-orang berusia di atas 40 tahun.

Menariknya, studi tersebut menemukan bahwa orang dengan kecenderungan mindful eating memiliki potensi tiga kali lebih besar untuk terhindar dari stres.

Halaman 2 dari 2
(vyp/naf)

Berita Terkait