Alasan Eks PM Belanda-Istri Pilih Euthanasia, Meninggal saat Berpegangan Tangan

Alasan Eks PM Belanda-Istri Pilih Euthanasia, Meninggal saat Berpegangan Tangan

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 16 Feb 2024 10:03 WIB
Alasan Eks PM Belanda-Istri Pilih Euthanasia, Meninggal saat Berpegangan Tangan
Foto: Universal Images Group via Getty/Sepia Times
Jakarta -

Mantan Perdana Menteri Belanda, Dries van Agt, dengan istrinya Eugenie, meninggal dunia setelah memilih euthanasia. Keduanya mengembuskan napas terakhir sambil bergandengan tangan.

Pasangan yang sama-sama berusia 93 tahun tersebut dilaporkan meninggal pada Senin kemarin. Sebenarnya apa itu duo euthanasia?

Fenomena bunuh diri medis ini sebetulnya tidak asing di negara Belanda, pada 2020, ada 26 pasangan memilih jalan kematian dengan cara tersebut. Jumlahnya meningkat di 2022 yakni 58 pasangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Media lokal Belanda melaporkan alasan di balik keputusan tersebut adalah keduanya sakit parah. Pada 2019, Van Agt mengalami perdarahan otak kala memberikan pidato di acara peringatan untuk Palestina dan tidak pernah pulih sepenuhnya.

Kesetiaan PM Belanda kepada istrinya juga disaksikan banyak orang terdekat, pemimpin pertama partai Christian Democrat Appeal hampir tidak pernah melewati satu haripun untuk menghubungi istrinya, bahkan kontaknya diberi nama 'gadisku'.

ADVERTISEMENT

Forum Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok pro-Palestina yang didirikan Van Agt mengumumkan berita kematian mereka bersama-sama dan bergandengan tangan minggu lalu.

Menurut Sutradara Gerard Jonkman dalam wawancaranya dengan penyiar NOS, keduanya sakit parah tetapi tidak bisa hidup tanpa satu sama lain sehingga memutuskan duo euthanasia.


Elke Swart, juru bicara Expertisecentrum Eutanasie, yang mengabulkan permintaan euthanasia bagi sekitar 1.000 orang per tahun di Belanda, mengatakan bahwa permintaan pasangan mana pun untuk melakukan kematian dengan bantuan, diuji berdasarkan persyaratan yang ketat secara individu, bukan secara bersama-sama.

"Minat terhadap hal ini semakin meningkat, tetapi masih jarang," katanya.

"Ini murni kebetulan bahwa dua orang mengalami sakit parah tanpa ada harapan untuk mendapatkan bantuan pada saat yang sama dan mereka berdua menginginkan euthanasia."

Euthanasia dan bunuh diri dengan bantuan telah menjadi 'barang' legal di Belanda sejak 2002. Beberapa kondisi yang mendorong euthanasia di antaranya:

  • Penderitaan yang tak tertahankan
  • Tidak adanya harapan untuk mendapatkan bantuan
  • Keinginan untuk mati yang sudah lama ada dan tidak bisa diganggu gugat.

NEXT: Sebagian besar kasus dilakukan oleh dokter keluarga di rumah

Sebagian besar kasus dilakukan oleh dokter keluarga di rumah.

Meskipun pasangan merupakan persentase kecil dari kematian akibat euthanasia, 8.720 kasus, atau 5,1 persen dari seluruh kematian di Belanda pada 2022, Fransien van ter Beek, Ketua Yayasan Pro-euthanasia NVVE, mengatakan bahwa banyak orang mengungkapkan keinginan ini.

"Tetapi hal ini tidak sering terjadi karena ini bukanlah jalan yang mudah," lapor dia.

Dalam kasus euthanasia, dokter biasanya memberikan dosis obat mematikan kepada pasien. Bentuk tersebut tercakup dalam Undang-Undang dan dalam kedua kasus tersebut dokter harus memenuhi kriteria perawatan yang sesuai undang-undang.

Biasanya berupa barbiturat, kelas obat yang sama yang digunakan untuk anestesi umum. Pada dosis yang jauh lebih tinggi, larutan ini tidak hanya memberikan efek yang sama seperti anestesi umum (kehilangan kesadaran, hilangnya sensasi nyeri), namun juga menekan sistem kardiovaskular dan pernapasan.

Halaman 2 dari 2
(naf/up)
Duo Euthanasia di Belanda
4 Konten
Mantan PM Belanda, Dries van Agt, memilih mengakhiri hidupnya di usia 93 tahun melalui euthanasia. Ia melakukannya bersama sang istri tercinta. Kondisi kesehatan yang menurun menjadi alasannya.

Berita Terkait