Kanker anak merupakan salah satu jenis penyakit yang harus menjadi perhatian banyak pihak. Tidak hanya dari sisi kesehatan, dukungan lingkungan pada pasien kanker anak juga harus baik.
Ketua Yayasan Kasih Kanker Anak Indonesia (YKAKI) cabang Bandung, Maria Dwi Aquarina, menuturkan pengidap kanker anak umumnya juga sangat dekat dengan bullying. Tak sedit Maria menemukan kasus di mana pengidap kanker anak menjadi korban perundungan di lingkungan pertemanan.
Ia menceritakan salah satu kasus yang ia temukan pada tahun 2023. Maria mengatakan saat itu ia menemukan anak pengidap retinoblastoma atau kanker mata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baru tahun lalu tuh ada yang kena retinoblastoma atau kanker maa. Matanya itu terus diangkat dan akhirnya menggunakan mata palsu," ujar Maria ketika ditemui detikcom di acara #BeraniGundul 2024 untuk kepedulian kanker anak di Jakarta Selatan, Kamis (3/3/2024).
"Anaknya kelas 2 SD, anak kelas 2 SD masih sering ngeledek-ledekan kan ya. 'Aduh kamu matanya mata palsu'," tambahnya.
Hati Maria makin terenyuh saat anak tersebut mengirimkan video kepadanya. Anak tersebut menuturkan bahwa saat itu ia meminta matanya untuk bisa dikembalikan karena tidak tahan diejek.
"Saat itu saya sudah dikirimin video dari orang tua anaknya. Itu dia bilang, 'aku ingin mataku kembali'. Waduh saya sudah menggendong dia itu dari usia dua bulan, saya ikut mandikan, waktu dia bilang gitu rasanya luar biasa," tandasnya.
Ketua YKAKI Ira Soelistyo menuturkan bahwa permasalahan kanker anak begitu luas. Salah satu yang harus dihadapi adalah hingga saat ini hanya ada 90 dokter ahli kanker anak di seluruh Indonesia. Kebanyakan dokter juga hanya berpraktik di kota-kota besar.
"Itu terus terakumulasikan. Ke mana mereka berobat, jadi banyak sekali yang dia pelosok-pelosok yang meninggal begitu aja, tanpa mungkin mereka tahu sakit apa. Itulah yang ingin kita suarakan," tandas Ira.
(avk/up)











































