Jumlah Perkawinan Turun, Angka Kesuburan RI Ikut 'Menyusut'! BKKN Buka Suara

Jumlah Perkawinan Turun, Angka Kesuburan RI Ikut 'Menyusut'! BKKN Buka Suara

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Kamis, 07 Mar 2024 09:02 WIB
Jumlah Perkawinan Turun, Angka Kesuburan RI Ikut Menyusut! BKKN Buka Suara
Ilustrasi pernikahan. (Foto: Getty Images/iStockphoto/aydinmutlu)
Jakarta -

Tren pernikahan yang menurun tidak hanya dilaporkan Jepang hingga Korea Selatan, Indonesia juga mengalaminya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan dalam kurun 10 tahun terakhir sejak 2023, terjadi penurunan 28 persen.

Jika dirinci, sepanjang tahun lalu 'hanya' ada lebih dari 1,5 juta pernikahan. Turun sekitar dua juta dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat masih berada di 1,7 juta laporan perkawinan.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo membenarkan laporan terkait, tetapi memberikan catatan jumlah data yang terinput di BPS hanya terkait perkawinan agama muslim. Pasalnya, data BPS mencantumkan pencatatan dari sistem informasi manajemen nikah (SIMKAH) di kantor urusan agama (KUA), yang belum mengurus perkawinan non-muslim.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya, data tersebut tidak sepenuhnya memberikan gambaran sebenarnya di lapangan.

Misalnya, data terendah perkawinan menurut BPS di 2023, tercatat di Papua.

ADVERTISEMENT

"Karena apa? Itu mungkin dari SIMKAH, kalau dari simkah itu rendah karena banyak non muslim, tidak tercatat di sana," terang saat dihubungi detikcom Kamis (7/3/2024).

Angka Kesuburan Rekor Terendah Selama 10 Tahun

Laporan penurunan pernikahan jelas sejalan dengan angka kesuburan wanita atau total fertility rate (TFR). Rupanya, menurut Hasto, TFR di Indonesia sudah berada di angka 2,1 per 2023. Artinya, satu wanita melahirkan satu anak perempuan.

Menurun signifikan jika dibandingkan pada 2017. Jika tren penurunan TFR terus mencatat rekor terendah, laju pertumbuhan penduduk bisa berdampak, dikhawatirkan juga berpengaruh pada tantangan bonus demografi yang membutuhkan jumlah SDM lebih banyak.

"Analisis saya memang ini cocok dengan yang namanya total fertility rate (TFR), itu artinya rata-rata perempuan melahirkan berapa anak rata-rata perempuan, ini kan kalau di 2017 angkanya masih cukup tinggi 2,4 hampir 2,5," sebut Hasto.

"Ternyata perempuan dengan jumlah anaknya menurun lebih cepat daripada ekspektasi pemerintah," sambung dia.

Secara umum, penyebab angka perkawinan menurun di Indonesia relatif tidak jauh berbeda seperti apa yang terjadi di banyak negara maju. Hal ini banyak berkaitan dengan kondisi finansial, sampai masalah pendidikan, dan pengaruh tempat tinggal.

Dari segi pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai, semakin besar kemungkinan orang tersebut hanya memiliki satu anak atau bahkan tidak memiliki anak.

"Sebetulnya bukan semakin pendidikan tinggi, ekonomi cukup, anaknya banyak, karena daerah-daerah yang agak ketinggalan itu cenderung anaknya lebih banyak, kawinnya banyak," terang dia.

NEXT: Wilayah dengan Kesuburan Terendah

Agar laju populasi tidak menurun, perlu ada kebijakan yang mengatur kesenjangan angka TFR di sejumlah daerah. Sebagai catatan, TFR tinggi dilaporkan berada di NTT, Papua, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, hingga Aceh.

Sementara provinsi dengan TFR rendah berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Bali, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara.

"Ini harus ada by design mengendalikan ini semua supaya kesenjangan antar provinsi tidak terlalu jauh, penduduk tumbuh seimbang, satu perempuan bisa melahirkan rata-rata satu perempuan, apa yang perlu diwaspadai juga? Perceraian kan cukup tinggi signifikan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(naf/kna)
Tren Ogah Nikah
6 Konten
Makin ke sini, makin banyak generasi mudah yang ogah menikah. Setidaknya, menunda usia nikah demi mengejar mimpi, pendidikan maupun pekerjaan.

Berita Terkait