Buka-bukaan Dokter PPDS Korban Bullying, Alasan Enggan Lapor di Link Kemenkes

Buka-bukaan Dokter PPDS Korban Bullying, Alasan Enggan Lapor di Link Kemenkes

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Senin, 19 Agu 2024 08:31 WIB
Buka-bukaan Dokter PPDS Korban Bullying, Alasan Enggan Lapor di Link Kemenkes
Foto: Getty Images/iStockphoto/Andrei Vasilev
Jakarta -

Kematian dokter PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) di Universitas Diponegoro memunculkabn berbagai kesaksian perundungan pada ranah kedokteran. Terlepas dari bantahan keluarga terkait pemicu meninggalnya bukan karena bunuh diri, fenomena bullying di dunia kedokteran disebut-sebut sudah lama terjadi, bahkan bertahun-tahun.

Meski disediakan situs pengaduan tindakan perundungan oleh Kementerian Kesehatan RI, G, salah satu residen (calon dokter spesialis) di sebuah perguruan tinggi luar pulau Jawa yang mengaku pernah menghadapi bullying mengaku dirinya dan rekan-rekannya tak berani untuk mengadu.

Hal ini dikarenakan ia takut ketahuan dan terancam tak lulus lantaran risiko program studinya bakal ditutup. Terlebih, menurut G, sampai saat ini belum ada jaminan perlindungan bagi korban yang mengadu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Laporan survei itu akan dikembalikan lagi ke institusi yang bersangkutan, dan pasti akan dilacak oleh prodi-nya siapa yang melaporkan," ucapnya saat dihubungi detikcom, Senin (19/8/2024).

"Saya konsul ke psikiater juga sebetulnya karena percobaan bunuh diri...Tapi saat survei ya saya tulisnya ga merasakan hal-hal itu. Karena metode surveinya juga dicantumkan "Gejala yang dialami selama 2 minggu terakhir" saja. Dan isinya hanya 10 pertanyaan, jadi memang hanya instrumen skrining saja," imbuhnya lagi.

ADVERTISEMENT

Menurut G, di luar Kemenkes dan Kemendikbud yang sebagai investigator, memerlukan badan pihak ketiga yang otonom agar penilaiannya lebih valid dan dokter yang tengah menjalani PPDS mau bersuara.

Selain itu, kata G, perlu juga jaminan keamanan bagi PPDS itu sendiri, untuk tetap dapat melanjutkan pendidikan dan lulus tepat waktu.

Sebagai informasi, Kemenkes RI memang menyiapkan hotline pengaduan perundungan lewat situs (website) dan nomor kontak WhatsApp. Sehingga kasus perundungan bisa langsung dilaporkan. Adapun hotline pengaduan ini bertujuan agar dokter yang melakukan bullying dapat diinvestigasi lebih lanjut hingga dikenakan sanksi.




(suc/up)
Geger PPDS Undip
50 Konten
Bullying di kalangan PPDS (program pendidikan dokter spesialis) kembali jadi perbincangan. Seorang peserta PPDS anestesi meninggal, disebut-sebut terkait praktik bullying.

Berita Terkait