Marak Kasus Bullying di Kalangan Dokter, Ngaruh Nggak Sih ke Pasien?

Kontroversi

Marak Kasus Bullying di Kalangan Dokter, Ngaruh Nggak Sih ke Pasien?

Devandra Abi Prasetyo - detikHealth
Selasa, 20 Agu 2024 15:01 WIB
Marak Kasus Bullying di Kalangan Dokter, Ngaruh Nggak Sih ke Pasien?
Bullying di kalangan dokter tengah jadi sorotan (Foto: Getty Images/graphixel)
Jakarta -

Kasus-kasus perundungan atau bullying di dunia kedokteran Indonesia, khususnya di lingkungan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tengah jadi perbincangan di semua kalangan. Bagi pasien, ada pengaruhnya nggak sih?

Ainiyah (29), seorang karyawan swasta di Jakarta Selatan, mengatakan maraknya bullying di kalangan dokter membuatnya jadi sedikit was-was. Karenanya, ia tak sungkan mengakui jadi pilih-pilih saat mau berobat.

"Aku sejak ada bullying-bullying di kalangan dokter jadi takut berobat. Kalaupun harus berobat bener-bener milih di RS swasta yang 'punya nama' aja, meski mahal," ujar Ainiyah kepada detikcom, Selasa (20/8/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain pilih-pilih rumah sakit, Ainiyah juga mengaku cenderung pilih-pilih dokter saat berobat. Salah satu yang jadi pertimbangan adalah almamater tempat dokter yang bersangkutan menjalani pendidikan.

"Kemarin aku rencana mau ke obgyn, biasanya aku cuma milih-milih RS-nya. Sekarang aku lihat dulu si dokter lulusan mana," kata Ainiyah.

ADVERTISEMENT

Lain halnya dengan Irwan (43), seorang karyawan Swasta di Jakarta Selatan. Ia juga mengaku pilih-pilih dokter saat berobat, tetapi bukan berdasarkan rumah sakit maupun almamater. Ia lebih mendasarkan pilihannya pada rekomendasi orang lain yang dipercaya.

"Rencananya tanggal 5 ini aku mau operasi hidung. Alhamdulillah ternyata ada tetangga yang kenal dan pernah berobat sama dokter yang saat ini nanganin aku," kata Irwan yang juga merasa makin was-was dengan maraknya kabar soal perundungan di kalangan dokter.

Irwan mengaku dirinya juga tidak mempermasalahkan terkait almamater dari dokter. Menurutnya, jika dokternya memiliki banyak pasien, maka dia dianggap lebih kompeten.

"Nggak penting sih (lulusan kampus mana), menurut aku lebih ke pengalaman berapa lama dia jadi dokter, terus dari segi biaya dan attitude-nya," katanya.

Sementara itu, Figo (33) seorang karyawan swasta di Jakarta memilih tidak ambil pusing dengan latar belakang pendidikan, dalam hal ini almamater, saat berobat ke dokter. Menurutnya, pengalaman kerja seorang dokter lebih jadi pertimbangan saat pilih-pilih.

"Kalau aku nggak terlalu memperhatikan dari kampus tertentu, karena lulusan cuma pertimbangan awal aja," kata Figo.

"Selain itu yang bisa dipertimbangkan berapa lama dia jadi dokter dan rumah sakit mana yang mempekerjakan dia," tutupnya.




(dpy/up)
Geger PPDS Undip
50 Konten
Bullying di kalangan PPDS (program pendidikan dokter spesialis) kembali jadi perbincangan. Seorang peserta PPDS anestesi meninggal, disebut-sebut terkait praktik bullying.

Berita Terkait