Benarkah Gen Z Gampang Depresi? Ini Kata Mereka soal Kesehatan Mental

World Mental Health Day

Benarkah Gen Z Gampang Depresi? Ini Kata Mereka soal Kesehatan Mental

Nadiva El Khasani - detikHealth
Kamis, 10 Okt 2024 15:53 WIB
Benarkah Gen Z Gampang Depresi? Ini Kata Mereka soal Kesehatan Mental
Gen Z bicara kesehatan mental di dunia kerja (Foto: Hilalia Kani Juliana/detikHealth)
Jakarta -

Setiap 10 Oktober, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia atau World Mental Health Day untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya, memang banyak yang belum memahami makna penting dari kesehatan mental.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menggunakan momen ini untuk menyoroti hubungan antara kesehatan mental dan pekerjaan. WHO menegaskan bahwa lingkungan kerja yang aman dan kondusif dapat melindungi kesehatan mental, sementara stigma serta kondisi kerja yang buruk justru memperburuknya.

Apakah generasi muda seperti Gen Z memang lebih rentan terhadap depresi, seperti yang kerap diasumsikan oleh banyak orang?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gen Z sering kali digambarkan sebagai generasi yang kurang mampu menghadapi tekanan pekerjaan. Ada pandangan umum bahwa mereka tidak dapat bekerja dengan maksimal dan lebih mudah terpengaruh oleh stres. Hal ini memicu perdebatan tentang apakah Gen Z benar-benar lebih rentan terhadap depresi dibandingkan generasi sebelumnya.

"Beberapa iya (rentan depresi), beberapa nggak. Menurutku, Gen Z cenderung lebih terbuka dalam mengutarakan kegelisahan atau depresi yang mereka rasakan," jelas Weny (21) seorang karyawan magang di Jakarta Selatan, Kamis (10/10/2024).

ADVERTISEMENT
Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024 di detikHealth diperingati dengan bagi-bagi affirmation card oleh Ohana Space.Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024 di detikHealth diperingati dengan bagi-bagi affirmation card oleh Ohana Space. Foto: Hilalia Kani Juliana/detikHealth

Dikutip dari WHO, faktor lingkungan kerja menjadi aspek penting yang tidak bisa diabaikan. WHO mencatat bahwa dengan 60% populasi global berada dalam dunia kerja, langkah-langkah mendesak perlu diambil untuk melindungi kesehatan mental di tempat kerja. Kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, dan pemangku kepentingan lainnya sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.

Hal ini terutama berlaku bagi Gen Z, yang menunjukkan kebutuhan akan lingkungan kerja yang nyaman agar dapat bekerja dengan baik.

Menurut Thackla (20), seorang karyawan magang di Jakarta Selatan, bersosialisasi dengan atasan dan rekan kerja yang nyaman menjadi kunci dalam mengatasi stres di tempat kerja.

"Bersosialisasi dengan atasan dan rekan kerja senyamannya, biar bisa mengatasi depresi di tempat kerja, dan juga healing dengan cara masing-masing," jelas Thackla.

Fadhil (20), seorang karyawan magang lainnya, menekankan pentingnya dukungan dari senior dan rekan kerja untuk mengurangi tekanan psikologis.

"Kalau senior atau rekan kerjanya baik dan support, saya jadi segan dan lebih hormat. Kalau galak, saya kayak 'apa sih?'," ungkap Fadhil.

Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024 di detikHealth diperingati dengan bagi-bagi affirmation card oleh Ohana Space.Kesehatan mental di dunia kerja belakangan banyak mendapat sorotan. Gen-Z paling vokal menyuarakan mental health. Foto: Hilalia Kani Juliana/detikHealth

NEXT: Bantuan profesional untuk mental health

Meskipun beberapa Gen Z menyadari adanya potensi depresi di tempat kerja, tidak semua Gen Z merasa perlu mencari bantuan profesional. Nadia, misalnya, pernah mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog, namun ia lebih memilih mengatasi perasaan depresinya dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan.

"Pernah kepikiran untuk ke psikolog, tapi belum pernah datang ke sana, karena aku masih bisa mengisi waktu biar nggak depresi dengan melakukan hal yang menyenangkan," ujar Nadia.

Di sisi lain, Fadhil mengaku tidak merasa memerlukan psikolog karena ia merasa kondisinya baik-baik saja.

"Saya nggak kepikiran buat ke psikolog karena merasa nggak ada gangguan secara psikologis juga, dan nggak ngerasa depresi. Let it flow aja," tambahnya.

Meskipun Gen Z sering dianggap lebih rentan terhadap depresi, sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi kondisi mentalnya, termasuk lingkungan kerja, dukungan sosial, dan cara mengatasi stres. Menciptakan lingkungan yang mendukung di tempat kerja adalah langkah penting untuk membantu mengurangi risiko depresi, tidak hanya untuk Gen Z tetapi untuk semua generasi.

Halaman 3 dari 2
(up/up)

Berita Terkait