detikcom Leaders Forum

Migrasi BPA di Makanan-Minuman Picu Gangguan Hormon, Ini Saran IDI

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Rabu, 30 Okt 2024 16:51 WIB
Pakar polimer Prof Dr Mochamad Chalid, SSi, MSc Eng (Foto: Rifkianto Nugroho)
Jakarta -

Migrasi bisphenol A (BPA) dari penggunaan plastik sehari-hari dikhawatirkan bisa memicu masalah kesehatan dalam jangka waktu panjang, termasuk gangguan hormon. Mengingat, BPA bisa ditemukan pada kemasan sejumlah makanan maupun minuman.

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Ulul Albab, SpOG mewanti-wanti masyarakat untuk memperhatikan sejumlah aspek sebelum membeli makanan maupun minuman, tidak hanya terkait komposisi bahan produk terkait. Terlebih, belakangan semakin marak produk dengan penawaran harga murah, memiliki beragam kemasan tertentu.

"Ada harga ada kualitas, IDI sebetulnya sudah mengedukasi tips dan trik menghindari efek dari BPA, kita sepakat menghindari kemasan plastik saat berbelanja, menghindari penggunaan botol atau kemasan dengan packaging yang digunakan berulang-ulang," tandas dia dalam detikcom Leaders Forum, Kamis (30/10/2024).

dr Ulul mengingatkan masyarakat juga tidak tergiur dengan iming-iming harga murah suatu produk. Penting untuk memastikan komposisi bahan yang akan dikonsumsi.

"Baca komposisi ingredient yang akan kita makan dan minum, terkait dengan packagingnya, kita juga perlu hati-hati, plastik selama ini banyak digunakan karena mungkin lebih awet," lanjutnya.

"Sekali lagi kita tegaskan hindari kemasan plastik dengan penggunaan berulang-ulang, memanaskannya, dan sebagainya," pungkas dia.

Dalam industri plastik, BPA digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan plastik jenis polikarbonat (PC). Pakar polimer Universitas Indonesia Prof Dr Mochamad Chalid, SSi, MSc Eng menjelaskan, penggunaan yang tidak terkontrol berisiko menyebabkan leaching atau luruhnya partikel BPA.

"Ibaratnya, polimer seperti untaian kalung. Satu mata rantai dari kalung tersebut di antaranya adalah BPA. Pada saat digunakan, akan sangat mungkin tali tersebut ada yang copot, sehingga menimbulkan permasalahan," jelas Prof Chalid.




(naf/up)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork