Pakar-Dokter Soroti Isu Migrasi BPA Saat Proses Distribusi Galon

Inkana Putri - detikHealth
Jumat, 08 Nov 2024 11:05 WIB
Foto: Shutterstock
Jakarta - Isu migrasi Bisphenol A (BPA) dari galon polikarbonat (PC) ke air minum terus bergulir. Isu yang dibuat kali ini berkenaan dengan potensi migrasi BPA yang terjadi saat galon masih didistribusikan dengan truk terbuka.

Padahal, menurut pakar polimer dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 70 derajat celcius untuk bisa membuat bpa bermigrasi ke air minum. Galon guna ulang berbahan PC memang didesain untuk tahan panas dan benturan.

"Pokoknya di atas 70 derajat baru bisa terjadi migrasi. Seperti air mendidih itu sudah pasti di atas 70 derajat, jadi kira-kira seperti itu. Artinya kalau nggak mendidih ya masih bisa dikonsumsi," ungkap Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama dalam keterangan tertulis, Jumat (8/11/2024).

dr. Ngabila yang juga Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ini menjelaskan galon polikarbonat memiliki ketahanan suhu hingga 70 derajat celcius sebelum zat kimia pembentuk plastik larut ke dalam air. Apabila suhu panas masih di bawah itu maka cemaran BPA tidak akan terjadi.

Artinya, sambung dia, air minum dalam galon polikarbonat masih aman untuk dikonsumsi dan tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan apapun. Untuk itu, ia meminta masyarakat agar tidak khawatir dan termakan isu yang tidak jelas.

Lebih lanjut, Mantan Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi di Dinas Kesehatan DKI Jakarta ini mengungkapkan hingga kini pemerintah masih belum menemukan migrasi BPA dari galon ke air minum. Saat ini BPOM juga telah menetapkan ambang batas BPA sebesar 0,06 bpj.

"Berarti kita masih aman. Tetapi ya waspada tetap perlu karena kita nggak tahu migrasi itu terjadi berapa banyak karena BPA tidak hanya ada di dalam galon," paparnya.

dr. Ngabila melanjutkan BPA juga ditemukan dalam produk non-makanan seperti mainan, peralatan listrik, perangkat otomotif, peralatan makanan, perangkat medis, peralatan olahraga, kemasan makanan, disket, CD, kertas print dan lain-lain. Artinya, BPA banyak ditemukan dalam barang-barang sehari-hari.

"BPA aman, selama tidak bermigrasi ke manusia dalam jumlah tinggi melebihi ambang batas normal," imbuhnya.

Senada, dr. Karin Wiradarma M.Gizi, SpGK mengatakan mengonsumsi air dari kemasan galon polikarbonat tidak akan berdampak negatif terhadap kesehatan.

Hal tersebut dia tekankan menyusul isu miring terkait bahaya meminum air dari galon guna ulang karena terpapar BPA. Untuk itu, masyarakat diminta tidak perlu khawatir apalagi takut untuk air minum dari galon polikarbonat.

"BPA kalau berdiri sendiri itu berbahaya, tapi kalau sudah dijadikan plastik itu aman karena sudah melalui serangkaian proses sehingga dia lebih stabil," kata dr. Karin

Dia pun menegaskan air dari kemasan galon guna ulang masih sangat aman untuk diminum. Kalaupun ada BPA yang masuk ke dalam tubuh maka 90 persen akan dinetralisir oleh hati dan diubah menjadi bahan tidak aktif dan tidak berbahaya untuk selanjutnya dikeluarkan melalui urine atau feses.

"Nah sisa 10 persen yang aktif di badan itu masih dalam kadar dan ambang batas aman menurut penelitian," ucapnya.

dr. Karin pun menyayangkan keberadaan isu bias di multiplatform media yang menyudutkan penggunaan BPA sebagai kemasan galon. Menurutnya, isu miring tersebut perlu diluruskan dan dihentikan agar tidak meresahkan dan membuat gaduh masyarakat.


(akn/ega)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork