Ahli epidemiologi setempat menyebutkan bahwa wanita dan anak-anak paling terdampak terkena wabah penyakit tersebut. Kementerian Kesehatan Masyarakat, Kebersihan, dan Jaminan Sosial negara itu mengatakan dalam sebuah posting di X bahwa gejala yang dilaporkan meliputi demam, sakit kepala, batuk dan pilek, kesulitan bernapas, dan anemia.
Situasinya Disebut Mengkhawatirkan
Situasi wabah di negara itu disebut "sangat mengkhawatirkan" oleh pemimpin masyarakat sipil Cephorien Manzanza, yang mengatakan bahwa jumlah orang yang terinfeksi terus meningkat.
"Panzi adalah zona kesehatan pedesaan, jadi ada masalah dengan pasokan obat-obatan," kata Tn. Manzanza, dikutip dari SKY News.
Orang yang terkena wabah diperkirakan meninggal di rumah mereka karena kurangnya perawatan. Kementerian Kesehatan DR Kongo juga memperingatkan bahwa jenazah orang yang telah meninggal tidak boleh ditangani tanpa keterlibatan pihak berwenang.
Masyarakat juga diimbau untuk menghindari pertemuan massal dan mematuhi aturan dasar kebersihan, termasuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air.
Kementerian tersebut juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang terkena dampak tragedi ini.
Di sisi lain, Anne Rimoin, seorang ahli epidemiologi di Universitas California, Los Angeles, yang telah bekerja di Kongo sejak 2002, mengatakan bahwa mendiagnosis penyakit tersebut mungkin rumit karena terbatasnya infrastruktur perawatan kesehatan di negara tersebut.
Ia mengatakan masalah kesehatan mendasar, termasuk malaria dan kekurangan gizi, juga ada pada sebagian populasi.
Simak Video "Video Menkes Usul BPJS Fokus Kelas Bawah, Orang Kaya Pakai Asuransi Swasta"
(suc/suc)