Kasus Talasemia di RI Meningkat, Paling Banyak Ditemukan di Wilayah Ini

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Rabu, 21 Mei 2025 08:39 WIB
Anak-anak dirawat akibat Talasemia (Foto: (DetikHealth/Khadijah Nur Azizah)
Jakarta - Kementerian Kesehatan RI mengatakan jumlah pengidap talasemia mayor di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun 2014 hingga 2022. Lonjakan cukup tinggi terjadi pada tahun 2022, saat jumlah pengidap naik menjadi 12.155 orang dari sebelumnya 10.973 orang pada 2021.

Talasemia adalah kelainan darah keturunan (genetik) yang menyebabkan sel darah merah tidak dapat memproduksi hemoglobin (protein yang membawa oksigen) dengan benar atau dalam jumlah yang cukup.

"Artinya, memang perkiraan 2.500 bayi lahir setiap tahunnya sebagai penyandang talasemia mayor ini kemungkinan benar adanya," ujar Ketua Tim Kerja Penyakit Kelainan Darah dan Imunologi Kemenkes, dr endang lukitosari, M Epid, dalam webinar peringatan Hari Talasemia Sedunia, Selasa (20/5).

Lebih dari sepertiga atau sekitar 38,8 persen penyandang talasemia di Indonesia terdapat di provinsi Jawa Barat, sebanyak 4.717 orang. Kemudian diikuti oleh Jawa Tengah 1.468 orang, DKI Jakarta 864 orang, hingga Jawa Timur 771 orang. Sementara kasus talasemia paling sedikit ditemukan di wilayah Kalimantan hingga Nusa Tenggara.

dr Endang mengatakan para pengidap talasemia dapat mengalami komplikasi medis jika tak ada upaya pencegahan. Komplikasi medis ini mencakup gangguan fungsi jantung, penyakit hati, kelainan endokrin, osteoporosis, hingga infeksi.

"Kalau kita tidak melakukan upaya pencegahan berupa askirining, ini tentunya ada komplikasi medis, dan juga ada komplikasi non medis karena terjadi perubahan fisik. Kemudian juga memerlukan upaya waktu pengobatan seumur hidup, dan ada stigma kemungkinan menjadi penghambat," kata Endang.

Tak hanya itu, peningkatan kasus talasemia juga memiliki konsekuensi pada kondisi anggaran negara. Biaya terapi suportif untuk satu penyintas talasemia mayor sejak lahir hingga usia 18 tahun mencapai sekitar lima miliar rupiah. Hal ini menempatkan talasemia pada peringkat kelima penyakit katastropik dengan pembiayaan tertinggi pada tahun 2021.

Menurutnya, konsekuensi medis dan beban ekonomi tersebut dapat dikurangi dengan menggencarkan skrining talasemia. Skrining ini hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup dengan biaya lebih terjangkau.



Simak Video "Video: Mekanisme Penyakit Thalasemia Diturunkan dari Orang Tua ke Anak"


(suc/suc)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork