Alat Dapur Seperti Ini Bisa Tingkatkan Risiko Kanker, Emak-emak Wajib Waspada!

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Sabtu, 14 Jun 2025 07:00 WIB
Foto: Istimewa
Jakarta -

Alat makan, mainan, serta peralatan dapur lain yang menggunakan bahan plastik berwarna hitam ditemukan mengandung kadar tinggi zat penahan api dalam level beracun yang mengkhawatirkan.

Studi mengungkap zat ini diduga berasal dari produk elektronik yang terkontaminasi selama proses daur ulang.

Produsen juga menggunakan zat penahan api dalam sofa, kursi santai, kursi kantor, pelapis jok mobil, kursi bayi, bantalan karpet, matras yoga berbusa, dan barang bayi lainnya. Dari situ, zat penahan api dapat meresap ke udara lalu menempel pada debu, makanan, dan air, yang kemudian bisa tertelan, menurut National Institute of Environmental Health Sciences.

"Salah satu produk dengan kadar tertinggi zat penahan api adalah manik-manik koin bajak laut dari plastik hitam yang dikenakan anak-anak, mirip dengan manik-manik Mardi Gras tapi untuk kostum," kata penulis utama studi Megan Liu, manajer sains dan kebijakan di Toxic-Free Future, sebuah organisasi advokasi lingkungan AS.

"Produk itu mengandung hingga 22.800 bagian per sejuta (ppm) zat penahan api, hampir 3 persen dari berat totalnya," jelas Liu. "Anak-anak sering memainkan mainan yang sama selama beberapa hari berturut-turut sampai mereka bosan."

Zat penahan api paling berbahaya yang ditemukan dalam produk konsumen tersebut sama dengan yang digunakan dalam pelindung elektronik seperti televisi dan perangkat lainnya.

"Plastik yang digunakan dalam produk konsumen tampaknya terkontaminasi zat penahan api karena kesalahan dalam proses daur ulang limbah elektronik," katanya.

Salah satu produk, sebuah baki sushi dari plastik hitam, mengandung 11.900 ppm decabromodiphenyl ether (decaBDE), yaitu jenis dari kelompok zat penahan api polybrominated diphenyl ethers (PBDE).

Risiko Kanker

Menurut studi yang dipublikasikan pada April 2024, orang dengan kadar PBDE tertinggi dalam darahnya memiliki kemungkinan meninggal akibat kanker sekitar 300 persen lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki kadar terendah.

DecaBDE telah sepenuhnya dilarang oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) pada 2021 setelah dikaitkan dengan kanker, gangguan hormon dan tiroid, serta dampak buruk terhadap perkembangan janin dan anak, fungsi neuroperilaku, juga toksisitas terhadap sistem reproduksi dan imun.

Meski sudah dilarang, decaBDE ditemukan pada 70 persen sampel yang diuji, dengan kadar berkisar lima hingga 1.200 kali lebih tinggi dari batas maksimum Uni Eropa yaitu 10 ppm, menurut Liu.

NEXT: Temuan senyawa toksik di Spatula dan Sendok




(naf/kna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork