Para dokter dan staf medis di Gaza mengatakan bahwa meningkatnya rasa lapar dan kurangnya ketersediaan makanan mulai membuat mereka terlalu lemah untuk memberikan perawatan medis darurat pada pasien di rumah sakit. Kebanyakan warga sipil yang dirawat terluka dan kekurangan gizi.
Banyak staf medis di seluruh wilayah tersebut menceritakan sulitnya mencari makanan. Kondisi ini semakin membuat mereka putus asa dan penurunan kesehatan akibat kelaparan.
"Mereka sangat kelelahan. Beberapa pingsan di ruang operasi," kata direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, Dr Mohammed Abu Selmia, dikutip dari The Guardian, Jumat (25/7/2025).
Dr Abu Selmia mengatakan seperti masyarakat Gaza lainnya, staf medis juga tidak menerima bantuan atau makanan apapun dalam 48 jam terakhir.
"Layanan medis akan terdampak karena staf kami tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi dalam menghadapi bahaya kelaparan ini," sambungnya.
Banyak dokter dan praktisi medis yang mengirimkan pesan terkait kondisi kelaparan di Gaza. Mereka tidak mau disebutkan namanya karena khawatir menjadi sasaran militer Israel.
"Hari ini saya bertugas 24 jam. Di rumah sakit, mereka seharusnya memberi kami beras untuk setiap shift, tetapi hari ini mereka memberitahu kami bahwa tidak ada beras," beber seorang dokter di Rumah Sakit Al-Shifa.
"Saya dan rekan saya (merawat) 60 pasien bedah saraf dan saat ini saya bahkan tidak bisa berdiri," tambahnya.
Seorang dokter umum sukarelawan di Rumah Sakit Al-Shifa juga mengatakan belum makan apapun sejak kemarin. Bahkan, keluarganya tidak punya apa-apa untuk dimakan.
"Seharian saya memikirkan bagaimana saya bisa memberi mereka tepuh atau lentil atau apapun untuk dimakan. Tetapi, tidak ada apa-apa di pasar. Kami tidak bisa lagi berjalan. Kami tidak tahu harus berbuat apa," terangnya.
(sao/kna)