Galon Lama Bisa Jadi Masalah Baru untuk Kesehatan Anak

Devandra Abi Prasetyo - detikHealth
Selasa, 26 Agu 2025 12:57 WIB
Ilustrasi (Foto: Dok. Le Minerale)
Jakarta -

Asosiasi Pemasok dan Distributor Depot Air Minum Indonesia (Apdamindo) menyebut sekitar 30-40 persen rumah tangga Indonesia menggunakan air galon isi ulang untuk kebutuhan minum sehari-hari. Mirisnya, dari total tersebut, lebih dari setengah keluarga menggunakan galon dengan kondisi buruk.

Apdamindo menambahkan pihaknya menemukan galon dengan usia lebih dari sepuluh tahun dan masih beredar di masyarakat dengan kondisi yang memprihatinkan, seperti warna yang sudah menguning bahkan kecoklatan.

Tentunya, ini akan berisiko pada kesehatan, karena 'galon tua' lebih rentan terkontaminasi dengan zat seperti bisphenol A (BPA).

Kontaminasi BPA Lewat Pencucian Galon

Sebelum galon guna ulang diisi dengan air yang baru, depot isi ulang akan terlebih dahulu mencucinya. Namun, tidak sedikit dari depot yang menggunakan sikat kasar, sehingga mengikis permukaan bagian dalam galon.

"Sehingga memungkinkan terjadinya peluruhan (BPA) ke bahan makanan atau minuman yang akan kita konsumsi dari si kemasan plastik tersebut," kata spesialis anak dr Kanya Ayu Paramastri kepada detikcom, Kamis (7/8/2025).

Bahaya BPA dalam Jangka Panjang

Menurut penelitian, lanjut dr Kanya, BPA yang masuk ke dalam tubuh dengan kadar yang melebihi batas dapat memengaruhi sistem hormonal.

"Ada satu penelitian yang dicoba di hewan, di manusia ada tapi terbatas, BPA itu berhubungan dengan, dia itu (BPA) sifatnya seperti suatu hal yang bisa merusak sistem hormonal kita," kata dr Kanya.

Nantinya, BPA yang terakumulasi dalam tubuh bisa memicu masalah seperti hipertensi, diabetes, kanker khususnya payudara, lalu pubertas yang belum waktunya pada remaja perempuan. Pada ibu hamil, bisa menyebabkan bayinya lahir dengan berat badan rendah.

"Kemudian bisa menyebabkan keterlambatan perkembangan saraf untuk anak-anak, menjadi lebih agresif, hiperaktif, kalau si anak sudah terpapar BPA sejak dalam kandungan. Jadi kalau ibunya terpapar (BPA) efeknya bukan ke ibunya saja, tapi ke janinnya juga," kata dr Kanya.

"Terus bisa juga ke hormon seksual, bisa menyebabkan disfungsi seksual pada laki-laki, risiko jumlah sel telur berkurang pada perempuan dan itu menyebabkan kemandulan," sambungnya.




(dpy/dpy)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork