Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklaim tidak akan ada lagi perundungan atau bullying di program pendidikan dokter spesialis (PPDS), utamanya yang berbasis rumah sakit atau hospital based. Program baru tersebut dibuka untuk mempercepat cetakan dokter spesialis di tengah gap kebutuhan yang masih berada di angka 70 ribu.
Meski dilakukan percepatan, pemerintah disebutnya tidak akan meninggalkan kompetensi atau peningkatan kualitas para tenaga dokter. Memakai Accreditation Council for Graduate Medical Education (ACGME) International, seluruh sistem dibuat online dan bisa dipantau secara transparan.
"Semua sistemnya dibikin online, transparansi, oleh ACGME, jadi nggak bisa lagi ada like dan dislike antar satu dengan yang lain. Tidak ada lagi bullying yang terjadi, karena ada mekanisme internasional untuk mengontrol bagaimana cara pendidikan dilakukan dengan baik dan transparan," beber Menkes, Rabu (27/8/2025).
"Semuanya dilakukan dengan logbook elektronik ini yang bisa lihat progress-nya seperti apa, tadi juga saya lihat baru diupdate oleh ACGME mereka memetakan semua," tandasnya.
Termasuk mengontrol kegiatan setiap dokter pengajar dan senior. Menkes optimistis dengan penambahan rumah sakit pendidikan sebagai penyelenggara utama (RSPPU), produksi dokter spesialis dari semula 2.700 setahun, bisa meningkat.
"Kita belum bisa seperti Inggris yang punya 600 sentra pendidikan, memproduksi 12 ribu dokter spesialis dari 2.700, kita akan senang kalau bisa naik ke 10 ribu kemudian ke 20 ribu setahun dokter spesialis," lanjutnya.
(naf/up)