Kenapa Radioaktif Cs-137 Bisa Cemari Udang Asal RI? Ini Penjelasan Pakar UGM

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Selasa, 02 Sep 2025 15:05 WIB
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/niuniu)
Jakarta -

Baru-baru ini ramai penarikan udang beku asal Indonesia oleh Amerika Serikat. Food and Drug Administration (FDA) merekomendasikan recall terhadap produk udang beku merek Great Value yang diimpor dari PT Bahari Makmur Sejati (BMS Foods), setelah satu sampel udang terdeteksi mengandung isotop radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada kadar sekitar 68,48 Bq/kg ± 8,25 Bq/kg.

Meski masih di bawah level intervensi FDA, temuan ini tetap memicu peringatan karena berisiko jika dikonsumsi terus‑menerus dalam jangka panjang. Dosen Teknologi Hasil Perikanan Universitas Gadjah Mada (UGM), Indun Dewi Puspita, S.P., M.Sc. Ph.D, menilai isu ini menjadi sorotan penting bagi seluruh pemangku kepentingan, mulai dari petambak, industri pengolahan, eksportir, hingga pemerintah.

Ia menegaskan kasus ini tidak boleh dipandang sebelah mata karena menyangkut reputasi Indonesia di mata dunia. Menurutnya, langkah bersama dari semua sektor sangat diperlukan untuk memastikan kualitas dan keamanan produk tetap terjaga.

"Hal ini menjadi isu yang sangat penting, khususnya untuk jaminan mutu produk perikanan Indonesia," ujarnya, dikutip dari laman UGM, Selasa (2/9/2025).

Terkait potensi sumber kontaminasi, Indun menjelaskan zat radioaktif Cesium-137 tidak terbentuk secara alami, melainkan berasal dari aktivitas manusia seperti uji coba senjata nuklir atau kebocoran reaktor.

Sifatnya yang bertahan lama membuat zat ini berpotensi masuk ke rantai pangan melalui air atau lahan tambak yang terkontaminasi, termasuk ke udang.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor eksternal di luar kendali petambak juga bisa memengaruhi kualitas produk. Dengan siklus lingkungan yang kompleks, risiko kontaminasi menjadi tantangan besar bagi sektor perikanan.

"Siklus alami memungkinkan zat ini menyebar ke lingkungan perairan dan mempengaruhi biota, termasuk udang," jelasnya.

Meski kadar yang ditemukan masih jauh di bawah standar intervensi, penolakan tetap dilakukan otoritas Amerika Serikat sebagai langkah pencegahan. Kebijakan ini menjadi bukti bahwa standar keamanan pangan internasional cenderung lebih mengutamakan prinsip kehati-hatian.

Indun menekankan pentingnya penerapan sistem jaminan mutu dan traceability yang kuat di industri perikanan. Dengan begitu, setiap potensi bahaya dapat dicegah sejak awal sebelum menimbulkan dampak serius.

"Kalau sistem jaminan mutu dan penelusuran berjalan baik, potensi bahaya menjadi sangat minim," tegasnya.




(suc/kna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork