Darurat Kesehatan Mental Gen Z, 720 Ribu Anak Muda Meninggal Bunuh Diri

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Rabu, 10 Sep 2025 12:34 WIB
Ilustrasi krisis kesehatan mental. (Foto: Getty Images/D-Keine)
Jakarta -

CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa. Layanan konsultasi kesehatan jiwa juga disediakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) di laman resminya yaitu www.pdskji.org. Melalui laman organisasi profesi tersebut disediakan pemeriksaan secara mandiri untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa seseorang.

Data mengkhawatirkan diungkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait angka bunuh diri. Mereka mencatat setidaknya 720 ribu generasi muda kehilangan nyawa karena bunuh diri setiap tahun.

Bunuh diri bahkan dikategorikan sebagai penyebab kematian tertinggi ketiga anak muda, dengan usia terbanyak antara 15-29 tahun.

WHO mencatat faktor risiko bunuh diri lainnya meliputi kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, rasa kehilangan, kesepian, diskriminasi, perselisihan hubungan, masalah keuangan, nyeri dan penyakit kronis, kekerasan, pelecehan, serta konflik atau keadaan darurat kemanusiaan lainnya.

Depresi merupakan penyebab utama disabilitas pada remaja. Depresi dapat menjadi penyebab bunuh diri, dan
bunuh diri merupakan penyebab ke-3 kematian pada remaja di dunia.

Kebanyakan dari gangguan psikologis tersebut tidak disadari dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat.

Survei mengenai kesehatan mental pada remaja di Indonesia tahun 2022, mendapatkan hasil 5,5 persen remaja
usia 10-17 tahun mengalami gangguan mental. Sebanyak 1 persen remaja mengalami depresi, 3,7 persen cemas, post traumatic syndrome disorder (PTSD) 0,9 persen, dan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) sebanyak 0,5 persen.

Stigma seputar kondisi kesehatan mental dan bunuh diri membuat banyak orang yang berpikir untuk bunuh diri tidak mencari bantuan. Bunuh diri dan percobaan bunuh diri memiliki efek berantai yang berdampak pada keluarga, teman, kolega, komunitas, dan masyarakat.

Beberapa orang menganggap bunuh diri itu egois, tetapi penggambaran ini keliru dan merendahkan, kata para ahli, karena orang yang mencoba atau bunuh diri sering kali ingin mengakhiri rasa sakit mereka atau menganggap diri mereka sebagai beban.




(kna/kna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork