Obesitas melampaui kekurangan berat badan sebagai bentuk malnutrisi yang paling umum tahun ini, mempengaruhi 1 dari 10 - atau 188 juta anak usia sekolah dan remaja, menempatkan mereka pada risiko penyakit yang mengancam jiwa.
UNICEF secara gamblang menggambarkan penyebab utamanya bukan keputusan keluarga yang buruk soal gizi, melainkan praktik bisnis tidak etis yang dirancang untuk menghasilkan keuntungan.
"Anak-anak dibombardir oleh ... pemasaran makanan cepat saji yang tidak sehat terutama di sekolah di mana mereka terpapar minuman manis dan camilan asin," ujar Katherine Shats, pakar hukum UNICEF di bidang gizi, kepada kantor berita AFP.
Produk-produk tersebut seringkali lebih murah daripada makanan segar seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan protein, yang secara bertahap tergantikan dalam pola makan keluarga.
UNICEF menekankan bahwa kesalahannya bukan terletak pada anak-anak maupun keluarga mereka, melainkan pada "kegagalan masyarakat dalam melindungi lingkungan tempat anak-anak tumbuh".
"Makanan ultra-proses semakin menggantikan buah-buahan, sayur-sayuran, dan protein pada saat nutrisi memainkan peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan kognitif, dan kesehatan mental anak-anak," sebut UNICEF Executive Director Catherine Russell.
Anak-anak dianggap kelebihan berat badan ketika berat badan mereka jauh melebihi berat badan sehat untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan mereka. Obesitas adalah bentuk kelebihan berat badan yang parah dan menyebabkan risiko lebih tinggi terkena resistensi insulin dan tekanan darah tinggi, serta penyakit yang mengancam jiwa di kemudian hari, termasuk diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, dan kanker tertentu.
(kna/kna)