Ngeri! Pria di AS Nyaris Diambil Organnya untuk Donor Padahal Masih Hidup

Suci Risanti Rahmadania - detikHealth
Minggu, 14 Sep 2025 08:03 WIB
Ilustrasi (Foto: Getty Images/gorodenkoff)
Jakarta -

Berbaring di atas meja operasi dengan dada terbuka, pria bernama Larry Black Jr tinggal beberapa saat lagi sebelum organ tubuhnya diambil, ketika tiba-tiba seorang dokter berlari tergesa-gesa masuk ke ruang operasi.

"Turunkan dia dari meja," kenang dokter bernama Zohny Zohny itu saat memberi instruksi kepada tim bedah di SSM Health Saint Louis University Hospital, yang saat itu sedang membersihkan area dada dan perut Black, dikutip CNN.

"Dia pasien saya. Segera turunkan dia dari meja."

Awalnya, tidak ada yang mengenali Zohny karena wajahnya tertutup masker bedah. Namun kemudian ia mengatakan kepada tim bahwa dialah dokter bedah saraf yang menangani kasus Black. Tim pun terkejut mendengar perintah tersebut, karena mereka yakin sudah mendapat persetujuan dari keluarga untuk mengambil organ tubuh Black.

"Aku tidak peduli meskipun sudah ada persetujuan," kenang Zohny saat berbicara kepada mereka.

"Aku belum bicara dengan keluarganya, dan aku tidak setuju dengan ini. Segera turunkan dia dari meja," lanjutnya.

Black, pasiennya yang berusia 22 tahun, dibawa ke rumah sakit setelah tertembak di kepala pada 24 Maret 2019. Seminggu kemudian, ia dijadwalkan menjalani operasi pengambilan organ untuk donor, meskipun saat itu jantungnya masih berdetak dan ia belum dinyatakan mati otak.

Molly Watts, saudara perempuan Black, mengatakan bahwa keluarga sebenarnya sempat ragu setelah menyetujui donor organ, tetapi perasaan mereka tidak didengarkan hingga akhirnya dokter berusia 34 tahun itu, yang saat itu baru masuk tahun pertama sebagai dokter bedah saraf, turun tangan.

Kini, Black yang berusia 28 tahun adalah seorang musisi sekaligus ayah dari tiga anak. Ia masih membutuhkan fisioterapi rutin akibat sisa masalah kesehatan dari luka tembak tersebut. Black juga mengaku dihantui oleh ingatan yang ia rasakan ketika terbaring dalam kondisi koma medis.

"Aku mendengar ibuku berteriak," kenangnya.

"Semua orang ada di sana, memanggil namaku, menangis, memutar lagu-lagu favoritku, dan mendoakan aku."

Ia mengatakan, saat itu ia berusaha menunjukkan kepada semua orang di ruang rawatnya bahwa ia bisa mendengar mereka. Ia ingat mengetukkan tangan ke sisi ranjang, mengedipkan mata, berusaha memberi tanda bahwa ia masih berjuang untuk hidupnya.




(suc/suc)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork