Heboh Kasus Cacingan di Sukabumi dan Bengkulu, Ketua IDAI Soroti Hal Ini

Averus Kautsar - detikHealth
Minggu, 21 Sep 2025 06:00 WIB
Ketua IDAI. (Foto: devandra abi prasetyo/detikcom)
Jakarta -

Beberapa waktu lalu, masyarakat dikejutkan dengan kejadian balita di Sukabumi meninggal dunia usai mengidap cacingan. Terbaru seorang anak berusia 1 tahun 8 bulan di Kabupaten Seluma, Bengkulu mengalami cacingan hingga keluar dari mulut dan hidung.

Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) berpendapat kejadian cacingan yang berulang merupakan salah satu tanda lemahnya pelayanan kesehatan primer di Indonesia. Menurutnya, peningkatan layanan kesehatan seharusnya tidak hanya 'terjebak' di hilirisasi saja.

"Jadi kita sebetulnya memang jangan terjebak ke hilirisasi kesehatan ya. Jadi memperbaiki rumah sakit, memperbaiki rumah sakit, dibuat gedungnya megah-megah gitu ya. Tapi di hulunya ini justru yang paling penting ya, supaya dihulu ini seperti penguatan posyandu misalkan, penguatan kader kesehatan, penguatan puskesmas," kata dr Piprim ketika ditemui awak media di Jakarta Timur, Sabtu (20/9/2025).

Menurut dr Piprim, penguatan puskesmas, posyandu, dan kader sebenarnya menjadi fondasi yang paling vital dari kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.

Ia lantas mencontohkan pentingnya pendataan balita di suatu daerah. Apabila pencatatan kelengkapan imunisasi dan konsumsi obat cacing terdata dengan baik, maka kondisi yang menimpa bocah di Sukabumi dan Bengkulu bisa dicegah.

"Udah dapet obat cacing belum 6 bulan sekali? Udah dapet vitamin A belum? Kalau program-program ini terdata dengan baik, dan balita itu tidak ada yang tertinggal, ini kasus kecacingan sampai 1 kilo, itu nggak terjadi gitu, karena terdeteksi dengan awal. Nah, inilah pentingnya penguatan kesehatan primer," sambungnya.




(avk/kna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork