Uji klinis vaksin tuberkulosis (TBC) inhalasi pertama di dunia resmi dimulai di Indonesia. Penelitian tahap awal ini dipimpin oleh Prof dr Erlina Burhan, SpP(K), guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dengan melibatkan periset nasional.
"Kenapa ini sangat prestisius, karena biasanya kita memberikan bowl atau terapi inhalasi untuk orang sakit. Tapi kali ini dilakukan pada orang sehat untuk melihat imunogenesitasnya, apa yang terjadi setelah diberikan vaksin secara inhalasi," kata Prof Erlina saat dijumpai di acara Pelaksanaan Uji Klinis Fase 1 Vaksin TBC dengan Inhalasi di Jakarta, Kamis (13/11/2025).
Vaksin TBC inhalasi ini dikembangkan melalui kerja sama perusahaan farmasi asal China, CanSino, dan perusahaan biofarmasi asal Indonesia, Etana. Pengembangan vaksin ini menggunakan teknologi viral-vector.
Ia menjelaskan, uji klinis fase 1 ini akan melibatkan 38 partisipan sehat dengan pengawasan ketat sesuai Good Clinical Practice (GCP).
"Walaupun peserta hanya 38 orang, yang terlibat banyak sekali karena ini prosedur yang sangat ketat. Kami ingin memastikan tidak ada deviasi protokol, baik minor apalagi mayor," ujarnya.
Menurut Prof Erlina, proses screening sudah dimulai sejak 7 November dengan hasil awal menunjukkan sekitar 50 persen kandidat memenuhi kriteria.
"Mudah-mudahan dalam empat minggu kita bisa mencapai target 38 partisipan," tambahnya.
Ia menargetkan fase pertama dijadwalkan pada Juli 2026 sebelum dilanjutkan ke fase 2 dan 3.
(kna/up)