Dokumentasikan Program Diet Lewat Selfie Bisa Picu Gangguan Makan

Dokumentasikan Program Diet Lewat Selfie Bisa Picu Gangguan Makan

- detikHealth
Senin, 09 Feb 2015 09:40 WIB
Dokumentasikan Program Diet Lewat Selfie Bisa Picu Gangguan Makan
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Inggris - Selfie alias memotret diri sendiri sering kali dilakukan kaum pria dan wanita untuk sekadar menunjukan kenarsisannya. Namun, saat ini makna selfie menjadi berubah. Sebab, sebagian orang menggunakan selfie sebagai motivasi agar mendapat berat badan yang lebih kurus.

Ya, caranya dengan mengabadikan foto diri setiap hari seolah menjadi seperti 'buku harian'. Sehingga, orang tersebut bisa memantau bentuk tubuhnya melalui foto selfie yang diperbarui setiap hari.

Menurut Dr Alex Yellowlees, direktur dan konsultan psikiater di Priory Hospital Glasgow, mendokumentasikan penurunan berat badan yang dilakukan wanita muda saat ini memicu gangguan makan berbahaya atau anoreksia nervosa, bullimia nervosa, dan binge-eating disorder.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka ingin mengabadikan perkembangan bentuk tubuhnya agar bisa diamati sendiri, seolah-olah terdapat kemajuan, tapi sebenarnya lebih menunjukan gejala anoreksia. Dengan bangganya, mereka membagikan foto 'perkembangan' tersebut ke media sosial," ucap Dr Alex.

Ia menambahkan, tren ini didukung blog thinspiration yang menampilkan beberapa orang dengan diet ekstrem yang sukses mendapatkan bentuk tubuh 'idealnya'. Menurut Dr Alex, hal ini justru menggambarkan situs pro-anoreksia dengan menampilkan foto kaki wanita kurus dengan tulang rusuk yang menonjol, sebagai motivator yang sangat berbahaya.

Foto-foto tersebut mengilustrasikan bahwa 'makanan sebagai musuh' dan 'kelaparan layak diperjuangkan untuk tubuh yang sempurna'. The Priory Group, lembaga yang berkonsentrasi pada perawatan gangguan makan di Inggris mencatat terjadi peningkatan 15% jumlah penderita gangguan makan dari 463 kasus pada tahun 2013, menjadi 535 tahun 2014.

"Situs ini masih aktif. Namun, memang prevalensinya tidak begitu terlihat, tapi mereka masih berkomunikasi aktif," ucap Dr Alex kepada The Herald, ditulis pada Senin (9/2/2015).

Ia menambahkan, masyarakat perlu menyadari bahwa dalam pergaulan sebenarnya ukuran pakaian yang dikenakan tidak terlalu penting. Pasalnya, kualitas pribadi dan hubungan dengan orang lain dikatakan Dr Alex memegang peranan lebih penting dalam kehidupan sosial seseorang.

"Obsesi kurus dan diet ekstrem ini dikhawatirkan akan menjadi sebuah tren. Apalagi, pada orang dewasa fenomena berkaitan dengan risiko depresi," tutup Dr Alex.

Baca juga: Studi: Orang yang Hobi Selfie Justru Merasa Kurang Percaya Diri

(rdn/up)

Berita Terkait